DE'POTTER

Arif Budiman
Chapter #18

DIPAKSA KEADAAN


Biyung! Sesungguhnya aku sangat memahami beliau berada di posisi yang berusaha Netral yaitu posisi dimana beliau sebagai sosok yang tetap mencintaiku, melindungiku artinya bukan taat buta. Meskipun demikian beliau juga taat pada bisikan supranatural (imaginer) berupa perintah “Kuasa Tanah Jawa”. Sebuah perintah dari suara-suara leluhur “Kuasa Tanah Jawa” yang bagiku perlu dikoreksi.

Beliau tetap orang Jawa yang sangat Nderek Marang Gusti Dalem. Beliau sangat nurut dengan apa yang menjadi perintah raja, Ia sangat memegang titah sabda Pandhita Kuasa. Apa yang dititahkan Kuasa Jawa dari masa ke masa oleh Trah Raja Jawa, maka beliau akan “nderek kersa dalem”. Termasuk urusan menjaga hubungan baik dengan Kuasa Selatan. Beliau sering menganjurkan aku untuk menerima keputusan “Kuasa Tanah Jawa” terutama terkait Janji Kanjeng Senapati.

Tapi Aku tidak bisa menerimanya. Aku selalu memberontak. Sejak dulu aku menjadi pemberontak apa yang mereka maksud dengan nderek perjanjian terlarang. Aku tidak mau takluk atau ditaklukkan oleh siapapun juga kecuali Tuhan.

Aku lelaki keras kepala. Sejak kecil aku punya sifat keras kepala. Tapi ingat sobat aku keras kepala kepada hal-hal yang sangat prinsip. Jika hal sepele aku bisa memahami dan berusaha mengerti. Aku orang yang sangat demokratis. 

Tapi dalam hal yang sifatnya prinsip, maka aku keras. Bahkan pada orang tuaku sendiri. Aku juga sering melawan Biyung. Seperti jiwa keras ku menurun dari Bapak. Aku sangat keras, karenanya Beliau sering marah padaku aku jika menolak menikah dengan Penguasa Selatan.

Aku tahu sesungguhnya beliau juga tidak setuju aku dinikahkan dengan Penguasa Selatan itu. Tapi posisi beliau tentu sangat sulit. Beliau harus mangabekti kepada apa yang sudah digariskan para leluhur mistik “Kuasa Jawa”. Terutama Kuasa Jawa yang ikut sejak berdirinya Kuasa Tanah Jawa di Solo. Yaitu garis perjanjian dengan Kuasa Laut Selatan.

Lagi-lagi Keraton yang mengharuskan Beliau untuk tunduk dan taat. Ini sangat hebat, ini sangat berwibawa. “Kuasa Tanah Jawa” memang telah banyak melahirkan Satria-Satria Kinasih, orang-orang hebat yang sangat memegang janji dan amanah kebudayaan ini termasuk janji bersama Penguasa Selatan.

Setelah semua kejadian-kejadian aneh yang menimpaku, nyatanya membuatku terbuka pada rahasia historis Ini adalah pertanda bahwa ternyata aku harus menanggung dan memikul beban Amanah Budaya, berupa tanggung jawab yang datang dari titah raja atau pemilik “Kuasa Tanah Jawa”. Aku temui Biyung, untuk memastikan jerat takdir dan amanah yang tak mudah ini. Ini sangat berat.

“Ini Semua demi Keamanan dan Kesejahteraan Masyarakat Jawa seluruhnya. Jika janji itu dikembalikan atau diciderai, bagaimana nasib Rakyat Jawa secara umum!” jawab Biyung, saat aku sering bertanya soal ini. 

“Kui Sing Dadi Dasare Le!” jelas Bunda dengan tegas padaku.

“Ora Biyung! Aku Emoh, Aku tidak mau menanggung Janji itu. Aku manusia biasa yang hanya akan menikah dengan Manusia biasa. Bukan Manusia dari Kalangan Sakti yang hidup Abadi. Aku pengen jadi orang biasa Biyung” pintaku.

“Wis Cukup!” lagi lagi kata Biyungku menepis semua perlawan batinku.

Aku ingin kita putuskan perjanjian itu Biyung! Ngga bisa Le. Ngga Bisa Semudah itu, perjanjian yang telah dibuat sejak zaman leluhurmu, tak bisa diputus begitu Saja. 

Itu Janji Mistik, Perjanjian dengan konsekuensi yang sangat tidak adil. 

“Putuskan Saja Simbok!” Seketika terdengar deburan ombak Selatan sangat nyata di telinga Bunda. Tapi memang hanya terdengar di pendengaran kedua insan ini. Padahal jarak laut sangat jauh di Selatan sana. Air lautan seperti bergolak mendengar kata-kataku. Suara Gebyur Ombak Selatan sangat keras terdengar sangat jelas di kejauhan.

Mendadak Simbok manembah dengan membungkukkan tubuhnya, ia mengajukan hormat dan permohonan maaf kepada Penguasa Selatan yang tentu mendengar ucapan Rio yang jelas melawan kontrak dengan selatan, yang tak mau menuruti apa kemauan dan apa-apa yang sudah menjadi janji antara Leluhur dengan Kuasa Laut Selatan.

“Nyebut Leeee!” 

“Ora Mbok! tolakku. “Pokoknya Kita harus Putus dengan Kuasa Selatan.” ungkapku lagi. 

Gelegarrrr! Gluduk. Gluduk! Suara kilat disertai gelegar di langit Selatan terdengar jelas disertai cahaya kilat yang menyambar-nyambar. Setelahnya Gluduk! Gluduk! adalah suara awan yang menggeluduk sebab jeuh awan siap dimunytahkan menajdi hujan. Demikian ombak yang mengehmpas ke daratan berulang kembali dan kembali terus terdengar. Kini bukan hanya ombak tapi disertai suara geluduk di atas awan. Rupanya Selatan sangat mendengar pembicaraan dan apa-apa yang dikatakan Rio. Seketika biyung juga kembali minta maaf pada Penguasa Selatan.

Simbok sangat khawatir dengan sikapku yang keras dan kata-kata yang kuucapkan baru saja, sangat membuatnya takut. Takut kalau Selatan akan murka dan mengirim bala pasukan Supranatural.

Kowe gunem opo to le? Rupanya Biyung sangat murka padaku.

Isaknya tersengguk sambil mengelus dada. Sesekali nafasnya terpingkal yang membuat tubuhnya bergetar di atas kursi kayu yang telah tua. Situasi ini sering membuatku “munda-mundu”. Aku terenyuh melihat kondisi Biyung, yang terlalu taat pada Titah Raja-Raja jawa. Meski bukan keturunan langsung, tapi Beliau tetap punya darah keturunan “Kuasa Tanah Jawa” yang sangat memegang teguh Sabda Trah Raja Jawa.

“Ingat Le! Leluhurmu tumindak (bertindak), bukan lewat mikir cetek apalagi berpikir untuk diri sendiri. Leluhurmu berpikir dan bertindak atas laku tirakat yang mendalam. Bukan nganggoni hawa nafsu, bukan semata untuk kepentingan pribadi”

“Inget Le! Leluhurmu janji bersama Penguasa Selatan itu bukan asal janji. Janji yang telah disepakati adalah Janji Kesatria. Janji itu bukan janji untuk kepentingan pribadi. Janji itu terjadi Adalah untuk rakyat. Nggo mbangun Kasulthanan yang megah hingga saat ini. Sinuhun juga menjalin kerjasama dengan Selatan untuk membantu negoro iki mengusir dominasi VOC dari Bumi Jawa “Kuasa Tanah Jawa” dan Jawa secara keseluruhan! Jadi bukan semata untuk kepentingan pribadi,, tapi kondisi kerajaan yang sedang dalam tekanan dan kesulitan.

Apa logika yang bisa saya terima Biyung? Aku masih belum terima dengan penjelasan Biyung.

“Itu tujuane poro leluhurmu! Mbok dipahami to Cah Bagus!” Bukan agar dirinya memiliki Kesaktian dan kemudian dikagumi. Tidak! Senopati adalah sejatinya pencari kamulyan dengan Perjuangan dan Pengorbanan. Jadi tidak ada Niat atau dasar Pribadi. Tapi demi membebaskan Martabat Raja-raja Jawa dari pengaruh Bangsa Asing yang menjajah dan memporakporandakan Kabudayan kita!

Inget baik-baik yo Le!” Biyung menangis tersedu, membuatku terpaku, dan mengalihkan pandanganku focus pada beliau yang mulai kencang mengucurkan air mata.



**************************************


Jawa akan Binasa

Jawa akan hancur lebur

Jawa akan dimusnahkan

Jawa akan tertutup lautan

Jawa akan tinggal kenangan


~ Mantra Pengikat Sukma ~


Lihat selengkapnya