DE'POTTER

Arif Budiman
Chapter #23

SEGITIGA PASTI ADA

Sama sekali tak menyangka jika mereka bertemu di depan Kafe MilkBar, dekat Lapangan Selogiri, Gombong.

Sebuah Friksi tak terelakan terjadi, pasti akan terjadi. Seteru tak terelakan. Artinya konflik masing-masing akan muncul.

Jadi begini kejadiannya. Awalnya hanya terlibat dalam acara Musik di Malam hari di Kafe Milk. Entah kenapa, malam itu, aku ingin keluar cari udara segar. Biyung bertanya, mau kemana malam-malam. Cari Udara Bunda (Pemilik Kosan), jangan malam-malam cepat pulang.

Aku Iyakan dan segera motor tua itu telah membawaku serta mengitari Pasar Wonokriyo yang telah sepi, beruntung malam itu suasana cukup sejuk. Angin Sempor tercium segar. Aroma sejuknya berhembus kuat Kota kita. Kerlip lampu di rumah-rumah diatas sana (Waduk Sempor) menambah keheningan kota dan Waduk Sempor.

Beberapa kali, aku tancap gas, kecepatan motor melenting. Seketika aku telah melintasi jalan Sempor Lama dan melaju kencang ke Waduk Sempor. Berputar-putar di dekat Sempor, hanya melihat lihat saja sebentar lalu pulang lewat jalan Sempor Lama. Saat pulang, aku jadi pengin nongkrong dulu di Café Milk untuk mendengarkan beberapa lantunan nada-nada Romantik, aku lurus ke Arah Jalan Sempor Lama dan aku berbelok di gang menuju Lapangan Selogiri dan terus belok kanan sedikit. Disitu café Musik dan penampilan Musik. Ditemani minuman kopi susu kesukaan atau kopi hitam.

Tanpa Sengaja aku bertemu dengan dua wanita yang paling kupikirkan saat itu, disini di Kafe Milk Bar ini. Sekaligus dalam momen bersama. Pertama aku bertemu dengan Putri. Entah ada apa ia bisa ada di kota malam-malam saat itu. Katanya sama Biyungnya atau Bundanya yang menjenguk orang sakit di Palang Biru.

"Lagi Ada Apa, malam-malam di sini, tumben?" tanyaku. "Ya Main Lah, Emang Ngga Boleh!" jawabnya tegas.

“Ya Tentu Saja Boleh Lah” jawabku. Ia tampak menggelengkan kepalanya menunjukkan sikap heran dengan pertanyaanku.

Aku jawab “Tumben aja” Sambil aku tolah toleh, sebab ingin tahu ia datang sama siapa. Yang kutaha ia jarang pergi tanpa Ayah dan Bundanya.

“Ayah Bunda?!"

“Ada di Palang Biru. Lagi nengok Mbah Kirno yang sedang di rawat di Palang Biru.”

“Sengaja Nonton disini?” Ini benar-benar tumben sekali. Hahaha. Kebetulan bisa minum bareng.

Sungguh sangat aneh. Ia yang biasa diam, sempat-sempatnya datang ke Kafe ini. Diam. Memang cantik. Tapi kecantikannya penuh misteri. Itu ciri Khasnya Dia. Tatap matanya pun penuh misteri. Sejak pertama mengenalnya, aku selalu melihat tatap matanya yang kosong. Tatap mata yang tak pernah tenang.

“Apa Memang Dia sengaja ingin memata-mataiku” Ughh Sialan. Mampus aku. Aku harus berhati-hati.

“Hello..! Hello..! Dia menggoyangkan telapak tangannya di depan mataku. Eh. Maaf. Aku tersadar untuk focus pada dirinya. Koq malah bengong?

“Ayuh Kesono"

“Kemana.? mempuasai.cuku lah.

“Ke Dekat Stage Musik lah. Biar enak dengernya.” Aku tak bergeming. Masih bingung. Dan aku mau bertahan di kursi depan ini saja. Aku masih memperhatikan Putri Selatan. Aku bingung, bukankah aku kemaren mengecewakan dia, koq dia Nggak marah. Dalam hati aku bertanya. Belum hilang heran ini. Lalu aku coba bertanya.

“Apa Ngga!” 

“Marah.!? ” Ini kutanyakan padanya soalnya kemarin aku dan Ia baru saja marah. Belum selesai aku melengkapi pertanyaan, ia sudah jawab duluan. Ia cukup peka membaca perasaanku.

“Marah..! Kaya Anak Kecil Aja Marah. Kenapa Harus Marah, Capek tahu..?”

“Iya terima Kasih!” ajuannya.

Lihat selengkapnya