DE'POTTER

Arif Budiman
Chapter #22

KEPERCAYAAN CINTA

Aku tak menyangka jika, di pipinya dialiri air mata yangmengalir sangat deras. Cukup banyak air mata yang mengalir di pipinya. Tak ada isak, tapi aliran air mata itu sangat jelas dan nyata. Rupanya, ia sedang menangis begitu dalamnya.

Ia yang sedang nangis serius. Benar-benar, aku malah mengajaknya bercanda

“Bisa Nangis Juga Ta?” Air matanya berlinang membasahi pipinya yang halus. Permukaan pipi yang halus itu seketika menjadi mengkilat oleh air mata yang terus mengalir. Mengkilat pipi oleh aliran air mata ini sepertinya berhasil menjadi pengilon (cermin) dimana pohon-pohon pinus di sekitar Waduk Sempor terlihat seperti spion kecil yang memantulkan bayangan benda di depannya.

"Lah Emang Aku Iblis atau Malaikat yang nggak bisa nangis?" Jawabnya sambil menyeka air mata di pipinya.

“Dihapus Toh itu Air Mata" kataku bermaksud hanya canda. "Jadi Tambah Jelek kalau nangis!” tambahnya.

Belum selesai dengan candaan pertama. Yang membuatnya sangat kesal padaku sebab air mata bener darinya dikira bohongan.

Aku terus lontarkan candaan, candaan yang sekaligus menguji kecerdasannya, menguji dirinya yang smart. Ia langsung bereaksi. Rupanya kata tambah jelek sangat mengganggu konsentrasinya. Antara harus menggunakan tambah jelek atau jelek saja. Sangat ngaruh ternyata secara logika

“Lah asline berarti aku jelek dong..!” Rupanya wanita cantik ini bukan sekedar cantik, tapi Logika bahasanya jalan. Wnaita sering dianggajarang menggunakan logikanya, dominan perasaan. Ia memang gadis yang cerdas. Alur berpikirnya normal.

“Hahahaha!” tawaku. 

Nadya memang anak cerdas, ora salah diterima di SMA DePotter ini.Anak-anak Depotter adalah siswapilihan di Gombong Barat, dan seterusnya.


“Iya lah, kalo aku Nangis Tambah Jelek, berarti kalo Ngga Nangis Aku Jelek! ia mash pikirkan kata-kata dalam pelatihan ini.

Kalo ngga nangis ya Kamu Cantik lah! kataku membsarkkan hatinya.

Ngga logika bahasanya itu. Jangan pake tambah. Kalo Tambah Jelek berarti aku udah jelek, Itu kalo ngga nangis kalo nangis ya jeleknya nambah. Makin Jelek! Ngerti Nggak Sih!

Nice Conclusion. Kesimpulan yang tepat, Kayaknya ini hasil belajar Silogisme bersama Pak Kunnaji. Yaitu kaidah Logika yang sangat dasar. Melihatinya aku tambah bangga sama Dia.

Aku coba mengetesnya. Iya Enggak Lah masa dari pernyataanku Kesimpulannya Kamu Jelek. Maksudnya kalo nangis Jelek kalau nggak nangis ya Nggak Jelek.

“ Ihhh ya enggak lah. Emang aku Bodoh. Ihhh Jahat banget Sih.” Nadya protes sambil cemberut sebab secara logika berarti dirinya Jelek…! Kalimat Rio, TAMBAH JELEK! Hahahhahaha. Hahaha….! Hal sepele sebagai kecerdasan normal tapi tertangkap oleh kecerdasan logikanya. 


Aku bilang padanya, “La Terus, Kudu Piye,” artinya Lah Harusnya Gimana .”

Ia tegaskan lagi padaku. Rupanya iai sangat tidak terima dengan pernyataan tambah jelek.

“Jadi Rio harus bilang Kalo Nangis Dadi Jelek” Harusnya Ngono. Kedengarannya lebih enak….! Jangan ada Kata Tambah. Yang menjadi Tambah Jelek. Aku mencoba menggali kecerdasan logikanya.

“Emang Beda Ya!” Aku mempertajam logika bahasanya. Sambil tertawa kecil.

“Ya Bedo Toh?”

“Nek Dadi Jelek, berarti Awale Cakep” Kalo aku awale cakep terus jadi jelek. Berarti Aku Kan Cakep..!

“Tambah Jelek, berarti awal Jelek” Aku Nggak mau Yang Ini.! Berarti aku Jelek.


“Emang Aku Ngomong Apa..>!

“Ihhh Nyebelin..! Katanya sambil misuh-misuh. Saat dia marah aku menemukan kecantikan yang asli di dirinya. Cantiknya asli sekali

Lihat selengkapnya