DE'POTTER

Arif Budiman
Chapter #25

BUKAN SELATAN, AKU PERNAH UTARA

Ini part tentang Cinta Terhambat karena faktor darah. Ada yang berusaha memisahkanku dengan Nadya. Ada yang tak setuju aku berhubungan dengannya. Bukan hanya bapaknya, tapi kawanku sendiri. Kawan satu angkatan yang sangat dipercayai Bapaknya, atau Akuwu. Ia tidak suka aku mendekatinya.

Jangan salah, Sob, orang kepercayaan Akuwu bukan hanya Saman, Tapi ia adalah Lelaki Lain, yaitu lelaki yang sejak kecil aku pernah mengenalnya. Dulu saat Kami masih tinggal di utara. Lelaki itu bernama Teguh, ia masih bagian dari Ksatria Utara sama seperti Saman, ia lelaki baik, yang kukenal.

Saat Tubuhku terbang ke langit dan mengejar Nadya sampai di atas Waduk Sempor di atas Bukit Sempor. Di balik kabut sempor di alam Khayali,,, Burung-burung besar beterbangan. Takada manusia biasa yang melihat jika di atas waduk beterbangan burung-burung besar dengan kecepatan tinggi melesat dengan kecepatan sangat tinggi,, bolak-balik.Menahan langkahku untuk menemui Nadya

“Ijinkan Aku ketemu Nadya Ya” Aku bicara meminta izin untuk bertemu Nadya.


Duhai Teguh Prabawono…! Kawanku sendiri, Kenapa Engkau Ikut Membenciku. Aku sangat heran padamu, Engkau seperti orang lain saja padaku. Engkau seperti tak mengenalku. Bukankah kita berkawan sejak kecil dulu. Kita Teman Mandi di Sungai Sempor. 


Ingatanku masih sangat kuat. Bagaimana masa kecil kulalui bersama Teguh dahulu. Berlarian di pinggir Danau Sempor. Berbasahan di air danau, melompat dari ketinggian tanah desa Dampit kemudian menyelem di kedalaman air danau Sempor yang dingin.


Tapi, atas dasar semua ingatanku dan ingatanmu. Jika kau masih ingat…! Mengapa hari ini Kau membenciku..! Mengapa.? Apa Salahku dan Apa Dosaku. Garisku, Trahku, Dosakah ini. Dosakah apa yang sedang kujalani…!


“Aku minta maaf jika aku tidak mempercayaimu.” Ada Apa..? “Kenapa..!” Aku bertanya penuh keheranan dan sangat penasaran.

“Kenapa..!” Aku terus mendesaknya. Meminta jawabanya. Meminta alasan yang sesungguhnya. Ia masih sembunyikan. Dan tak mau menjawab. Aku terus merajuk.

“Ayo Jawab Kenapa…..!” Sepertinya karena aku aku yang terus bertanya. Aku yang terus mendesak berkali-kali. Akhirnya Ia pun menjawab.

Dengan nafas yang berat, seolah mengindikasikan bahwa kata Selatan begitu kotornya dan sangat anti bagi Utara. Ia masih tahan nafas tak mau langsung menjawab. Beban berat menggelayuti pikirannya. Ia takut aku akan marah. Padahal sedikit bayangan, jawaban apa yang akan keluar sudah siap kudengarkan. Dan memang sangat mencengangkan.


“Sebab Kau Orang Selatan.” Apa…!? Seolah aku tak yakin dengan apa yang kudengar, ku bertanya dan memastikan apa yang bar saja terucap. Tapai ia tak menjawab lagi. Dan aku sudah bisa memastikan apa yang baru saja diucapkannya.

“Aku Orang Selatan…? Haha…..!” Kocak Sekali kau ucapkan ini. “Hahaha……! Hahaha….! Hahaha…! Hahahaha….!” Apa hubungannya. Aku yang kau sebut sebagai Keturunan Trah Selatan dengan Hubungan pertemanan Kita…!?”

“Maksudmu…?! Aku keturunan Selatan dan karena itu kau menghindariku.

“Iya..!” Itu Alasannya.

“Teguh….! Dengar baik-baik…..!” Aku bukan orang Selatan sebagaimana yang ayahmu tuduhkan padaku. Aku Trah “Kuasa Tanah Jawa” dan Itu berbeda dengan Trah Selatan.



“Aku tegaskan padamu ya…! Kudekatkan mulutku saat bicara ini di depan wajahnya, yang hari itu bagiku sangat menjijikkan. Dengar Baik-Baik….! Aku Bukan Selatan, Rasanya seperti ada asap yang keluar dari mulutku, dan itu membuatnya memalingkan wajahnya. Mungkin malu dengan bodohnya telah menghancurkan persahabatan hanya karena perbedaan leluhur. 


“Menjijikkan.!”


Seandainya benar aku Selatan, Lalu Kenapa..?” Apa kesalahan Selatan sehingga kau selalu menganggap bahwa setaip kali mendengar kata Selatan kau Nampak Jijik kau padanya…!?” 


Aku coba menatap wajahnya, tapi ia alihkan pandangan. Ia tak mau melihatku sebagaimana jijiknya ia pada keyakinannya bahwa aku Selatan yang menjijikkan. Ayo Jawab. Kataku padanya. Jawab pertanyaanku. Kenapa dengan Selatan…!?”


“Jangan Pura-Pura Bodoh…>!”

“Utara dan Selatan sejak Lama bermusuhan. Dan itu alasannya.

Jujur aku sangat kaget dan tersentak. Sebab hanya karena perbedaan dan asal usul ini demikian mudahnya jadi sebab aku harus putus persahabatan dengan Teguh, kawanku sendiri. Ohhh Tuhan. Apa lagi ini. Kita berkawan lama Guh. Kita satu permainan. Kau Ingat masa kecil kita waktu di Sungai. Kita mandi bersama. Dan kini kau putuskan hubungan pertemanan kita hanya karena hal sepele ini?

“Maafkan Aku. Kupikir Engkau Orang Utara sebagaimana Akuwu, ternyata kau Trah Selatan, Kau Pengikut Putri Selatan.

“Aku Utara Bro..! Aku masih ada darah utara. Aku juga “Kuasa Tanah Jawa”. Teguh Rupanya tak mau percaya denganku.

‘Pilih Salah Satu, Utara Atau Selatan

“Guh…..! Kamu Ngomong Apa Ha.hh..!? Aku sungguh sangat kesal melihat wajahnya yang sangat menjengkelkan. Aku tak dianggapnya sam sekali

“Dengarkan Aku Rio..!! Ia buru-buru memotong perkataanku. Aku beri waktu ia bicaranya dengan kebodohannya. Apa yang mau kau katakan padaku.


“Maaf. Aku tidak bisa berteman dengn Orang Trah “Kuasa Tanah Jawa”. Yang harus tunduk dan taat pada Penguasa Selatan.

“Bulshit..!” Kubanting tanganku ke kanan, rasanya ingin menamparnya, tapi tak kulakukan.

“Kau pikir aku tunduk pada Selatan..?” Teguh diam saja. Aku bergerak lebih dekat ke arahnya, aku memegangi kedua bahunya. Aku menggoyang bahunya, agar ia sadar. Sebab ini bagiku tak biasa, tak perlu persoalkan hal seperti ini. Bahkan Ia tahu bahwa aku tak pernah mau tunduk dengan Selatan. Aku menilai ia sedang berpura-pura padaku. Sebab ini bukan dirinya. Ia hanya tahu aku menjalin hubungan dengan Putri Selatan tapi aku tak pernah mau dijodohkan. Aku tak setuju dengan perjodohan itu. Aku dan Putri tak pernah akur. Hubungan kami diliputi konflik tak berkesudahan.

Teguh tak bergeming dan tetap cuek. Ia ingin menganggapku musuh. “Luar Biasa….! Cuma segini persahabatan sejak kecil” Sekaku ini kau memandang arti persahabatan ini. Ia masih belum bergeming dari tempatnya menjejak bumi. Semakin aku memaksanya untuk baik dan kembali padaku. Ia tetap tidak bergeming dari sikap kakunya. 

Lihat selengkapnya