DE'POTTER

Arif Budiman
Chapter #33

NEGOSIASI ATAU MUSLIHAT


TAHUN 2017. Gunung Merapi masih mengeluarkan Asapnya. Debur Ombak laut Selatan menggempur daratan begitu mengerikan. Tebing pantai Menganti seperti sedang dirobohkan. Ombak itu siap memporakporandakan. Tapi ombak tak bisa melakukannya. Tebing Menganti terlalu kuat. Ia tetap kokoh seperti biasa. Seluruh kekuatan Leluhur tengah menggedor dan menunjukkan bukti atau janjinya, yaitu akan datangnya Janji 500 tahun. Dan Faktanya pada masa ini,Gelombang Laut, Gunung Meletus dan juga Banjir, telah menjadi fakta yang tak terelakkan. Ia menjadi pemandangan yang Lazim menghampar di sepanjang akhir abad 20 dan awal Abad 21.

Pasukan Ksatria Timur, tiap hari terus berbenah dan siap menyambut Perubahan yang akan segera terbangun di Tanah Jawa. Itulah keyakinan kami, sebab Janji itu akan terwujud. Kedatangan Para Leluhur Tanah Jawa itu akan menjadi kenyataan. Yaitu janji yang akan diwujudkan. Janji yang lama terlenakan, atau janji terlupakan.

Setelah 16 Tahun di Jakarta. Tentu waktu ini sudah cukup lama. Tak terasa, aku telah meninggalkan Jawa selama itu. Kini aku mau kembali Ke Jawa (Gombong/Kebumen). Pikiranku selalu terbayang pada indahnya tempat-tempat yang kurindukan Waduk Sempor. Bukankah itu tempat indah pertemuan kita. Debur Ombak Pantai Selatan. Juga gua-gua stalaktit di Wero dan Pantai Ayah. Aku rindukan suasana itu semua. Aku mau focus mengabdi atau mengajar di Jawa sana, tapi rupanya sangat sulit mengurus kepindahan. Aku ingin bekerja di Jawa saja. Aku Ingin sepenuhnya mengabdi di Jawa. Menjadi Guru Biasa. Atau mengikuti guru tarekat agar bisa mengabdi menjadi Dosen satu perguruan swasta di Kebumen. Atau melanjutkan mengajar SMA. Jika tak di Sekolah Negeri, ya di Sekolah Swasta pun tak apa. Selain itu, memang misi dan panggilan ksatria Raja Jawa, Harus ditunaikan. Dan inilah saatnya aku kembali ke Jawa. Ke Kebumen, Tanah kelahiranku tercinta.

Setelah Lelah menulis atau mengumpulkan Catatan catatan Silsilah Raja-Raja, aku iseng-iseng Buka FB. Ada notifikasi yang menggoda mata. Rupanya notif dari Wanita yang selama ini menggetarkan rasa di hatiku. Hanya dia yang mampu membuat Jiwa ini bergetar. Selain dia tidak ada. 

Ia bukan Putri. Atau Putri Selatan, Sama sekali tidak dapat dipertahankan lagi. Hubunganku dengannya berakhir. Ini (Putus Hubungan Ini) justru akan memudahkanku untuk menjalankan misi utama yaitu Menagih Janji Serat Asmara.

Aku tak lagi terikat dengan Perjanjian Selatan. Sekeras apapun suatu hubungan itu dipertahankan, jika tidak ada kejujuran, maka ia akan hilang dengan sendirinya. Sulit hubunganku dipertahankan. Dari aku dan juga dirinya sendiri.

Putus Biasa. Tanpa Ancaman, atau Nagih Janji. Atau tuntutan Apapun. Agak Heran Sebab ini tak Biasa. Tapi Mudah-mudahan benar tidak apa-apa. Mudah-mudahan Ia tak menumpahkan dendamnya di masa yang akan dating. Entahlah. Aku sendiri tak terlalu yakin. Mudah-mudahan saja sebab puas ku dengannya tak pernah menyisakan masalah atau aku yang menyakitinya. Aku tak pernah membicarakan keburukannya. Aku menjaga nama baiknya. Aku selama ini memilih diam dan tak pernah membuka aibnya. Aku sangat menghargai privacy orang, aku sangat menghormati kata-kata. Termasuk ia yang pernah masuk dalam kehidupan cintaku. Apapun dan bagaimanapun, ia pernah mencintaiku dan aku sangat menghargainya. Aku pasti tetap menghargainya.


Meski dalam hubungan ini, aku justru yang banyak mendapati “pesakitan”. Ia tahu aku yang paling tersakiti tapi aku tak mau angkat cerita ini. Hanya untuk kepentingan tulisan ini saja. Dan Mungkin karena hal ini pula, ia tak mau membalas dendam. Aku masih menjaga diri dan tetap berbaik sangka padanya. Terlebih penghianatan, dan pernikahan yang telah diselenggarakan bersama kekasihnya. Dan terbukti aku tak pernah mempermasalahkannya. Bagiku ini lebih menyakitkan. Aku tak mau mempermasalahkannya.


Dari semua kisah perjalanan cinta ini, Maka wajar jika hanya wanita ini yang kupikirkan. Meski ia telah bersuamikan seorang ksatria Trah Utara. Aku masih mengaguminya. Aku masih memikirkannya. Hanya Wanita ini yang kupikirkan. Hanya dirinya yang ada di pemikiran ini.

Nadya Setyorini. Ia kini ada di depanku. Sosok wanita ideal dengan lekuk yang ideal. Dari dulu itulah yang ada pada dirinya. Aku selalu mengaguminya.

Setiap kali melihatnya. Jiwaku bergetar. Aku masih deg-degan sebagaimana dulu. 

“Apa Kabar.! Baik..!

“Duduklah….!

“Lama Tak Jumpa..!

“Kita Terakhir ketemu Kapan”



“Apa Kabar, Mudah-mudahan senantiasa dalam kesehatan. 20 Tahun tak bertemu. Kemana Saja Ya..? Adem Ayem, Anteng Ngga ada Kabar.!”

Ia membuka pembicaraan lewat pesan. Ia mengawali dengan keheranan. Kesal juga. Pembicaraan ini terasa kaku dan formal seperti tak pernah ada hubungan. Lalu ia coba menggebrak kebekuan itu, dengan sindiran. 


“Apa tidak ada rasa itu dan benar-benar telah hilang...? Minimal menyapa dan silaturahmi…? Tidak harus menghilang alias tak ada kabar seperti ditelan bumi!”


~ Mantra Perasuk Sukma ~


Kata-katamu sangat menusuk kalbu. Kaget juga dengan kata-katanya itu. Sangat tajam! Membombardir kesombonganku yang seolah melupakannya. Aku sadar aku tiba-tiba menghilang, dan tak mau terhubung lagi dengannya.


Ia mengerti ku habis-habisan, tanpa tedeng aling-aling. Ia memang tak pernah ragu-ragu mengatakan apa yang ingin ia katakan. Ia selalu begitu, wanita cerdas, wanita tegas dan tak bertele-tela. Berbeda denganku yang sering dianggapnya Plin Plan. Dalam hatiku aku pun mengakui itu. Aku memang plin plan.

Aku terdiam lama dan sedang serius memperhatikan , membaca kembali pertanyaan-pertanyaannya, Yang artinya aku lama terdiam tak menjawab chatnya. Aku tahu ia menunggu.

Ia pasti juga tahu aku sedang terkaget-kaget dengan serbuan pertanyaannya.


“Rio, Ada satu hal yang ingin kubicarakan!” Aku tak merespon. Aku terfokus dan harus Fokus sebab jika ia sudah mengatakan ak ingin bicara berate ada hal serius yang ingin ia bicarakan atau tanyakan. 

“Apa Itu..?”


“Soal Nasib Trah Utara. Trah Para Raja Jawa atau “Kuasa Tanah Jawa” menunggu janji 500 tahun. Dan Masa kita adalah saat dimana janji itu akan ditagih. Mereka, atau kalian demikian gencar mengkampanyekan kembali kejayaan Trah Jawa dan hendak mengusir kami Trah Utara.”



Rio, Engkau Tahu, Trah kami tak pernah takut dengan semua tantangan kalian. Trah Raja-Raja Jawa itu. Trah Utara tidak pernah takut sedikit pun. Kam pun akan mati-matian mempertahankan tradisi kami, wilayah yang lama kami kuasai. Kami akan bertahan di tanah ini. Tanah ini telah lama menjadi hak kami, dan sulit bagi kami untuk meninggalkannya. 

Lihat selengkapnya