DE'POTTER

Arif Budiman
Chapter #30

BIYUNG: BUKAN WANITA BIASA

Bukit hijau dengan pepohonan Pinus berjajar membentang dari Barat hingga Timur. Warna hijau dan sajian sejuk datang dari sana. Aliran sungai di tempat ini mengular panjang dari aliran kecil menjadi aliran besar, terutama Sungai Kemit, terlihat jelas alirannya.Di tempat yang sama di kesempatan yang berbeda, aku juga pernah terlibat bicara serius dengannya.

Saat itu, Aku menyirepnya dengan Aji Pengikat Sukma dan aku berhasil membawa Nadya ke tempat ini. Maaf aku menyirep, bukan menghilangkan kesadarannya. Tembangku hanya membuatmu tertidur dan hingga sampai di Gua Penganten ini, dengan kesadaran penuh. Bukan dipengaruhi, tapi kau sadar sesadar-sadarnya.

Tempat ini, tempat wajib pertemuan kita. Tempat kita mengungkapkan rasa. Tempat yang paling aman yang sering kugunakan untuk bertemu dengannya. Bercerita atau tempat kita berdiskusi tentang rasa. Tak ada orang yang tahu ini dimana, tak seorang pun tahu bahkan Kangmas-Kangmasku Para Ksatria pun tak tahu keberadanku. Termasuk Biyung juga tak tahu. .

 

“Nadya.!” Ia mengangkat wajahnya dan berusaha memperhatikan. Aku diam, dikira miscall. Ia anggap panggilan biasa. Bukan panggilan yang penting. Ia menunduk. Aku lihatinya. Parasnya masih sangat cantik. Lehernya sangat Indah. Ia cantik selalu.

 

Aku kira cantik itu bisa memudar. Aku kira Senyum Indah itu bisa menghilang. Aku kira Cinta itu juga bisa hilang. Aku Kira kagum juga akan sirna, ternyata memaang benar, tapi tidak Padamu.

 

~ Mantra Pengikat Sukma ~

 

Jarang aku punya kesempatan seperti ini.“Aku Ingin jujur Padamu.”

“He.. Eh….!” Ia berusaha serius memperhatikan. Ia ternyata menyadari aku sedang sangat memperhatikannya. Ada saat dimana tatapan nakalku tertangkap olehnya saat curi pandang melihat bagian pipi dan lehernya yang indah itu.

“Serius Ini…? Mau Cerita Apa..?” Ayuh Cerita lah. Sebentar..!” Katanya tertahan. Ia coba ingati sesuatu. “Kalau ngga salah kamu dulu juga pernah bilang mau cerita. Tapi tak jadi. Kini, kau tak perlu minta ijin lagi padaku, ini saat yang tepat untukmu.

 

“Aku Siap mendengarnya….!” Sambil tatap matanya tak sabar mendengar aku. Ia letakkan semua yang menyibukkannya Aku sendiri masih terdiam, agak ragu tapi aku harus. Ini sudah waktunya.

“Iya. Aku mau cerita

“Tapi Benar, Kau Tidak Marah Ya”

“Marah Kenapa..! Engga….! Katanya lirih. Suasana mendadak hening sesaat. Ia Nampak serius dan Nampak penasaran dengan apa yang ingin kuceritakan.

 

Lihat selengkapnya