DE'POTTER

Arif Budiman
Chapter #3

Dialog Utara Selatan #3

Ini kesempatanku bisa berdialog kembali dengan Utara. Sesungguhnya aku tak menganggap mereka (Trah Utara) Sebagai musuh. Sobat, ketahuilah, Ayahku sendiri orang Utara, aku keturunan utara yang itu berarti bahwa aku berdarah utara. Andai saja semua bisa dinegosiasikan? Dibicarakan dengan baik-baik. Didialogkan dengan dingin? Dialog tentang tradisi kita yang berbeda, Tentang Sejarah kita yang pernah luka, Apakah benar tak ada ruang bersama? ruang hangat yang menyebabkan kita saling bicara.

Itu klausul permohonanku padamu! sejak lama aku menginginkan perdamaian, negosiasi dan niat baik yang diutamakan.

Aku bersyukur dengan adanya reuni ini. Terima kasih sahabat-sahabatku semua. Terima kasih, teman-teman panitia Reuni DePotter Sanga Pitu, Terima kasih Khusus karena pertemuan ini akan mempertemukan aku dengannya. Ia wanita yang sosoknya bersemayam di kepala. Aku yakin ia datang sebab itu yang dia janjikan. Apakah ia benar akan datang di reuni ini?

Di laman di FB-nya terpampang beberapa photo dokumentasi yang sangat eksotik. “Sempurna! Hasil jepretan kamera ponsel dengan kualitas tinggi mengabadikan kebersamaan Nadya dan keluarga kecilnya. Disana tertulis waktu posting satu tahun yang lalu dari aku menulis novel ini (2016). Di dalam photo itu terpajang beberapa wajah yaitu dua wajah anak lelaki, Kau sendiri Nadya Dan satu lagi adalah seorang lelaki yang lebih tua dariku. Maaf aku hanya menebak soal umur, tapi kuyakin ia lebih tua dariku. Heehhh. Hehehehh. Satu lagi! Ia adalah seorang lelaki yang kupastikan tak lebih ganteng dariku. Aku selalu membanggai diri ini. Pose mereka terlihat Lucu dan menyenangkan. Anaknya lebih mirip bapaknya. Hahah. Maksud saya, kalo mirip ibunya, maka anaknya akan lebih ganteng.

“Haha! Sorry Mas Bro!”

Tanpa harus terbunyikan (terlafazkan) apalagi terdengar olehnya, Kusampaikan kata selamat untuk suaminya. “Wahai Suami Nadya, Sungguh Engkau adalah lelaki yang sangat beruntung, Engkau Lelaki yang bisa merasakan bahagia yang sebenarnya. Karena Engkau dapat menikahi Nadya, Ia adalah wanita yang pantas diperjuangkan dan dimiliki.” Aku tunjuk wajah lelaki dalam Foto yang terposting. Lelaki yang sedang mengenakan kaos hitam tepat berada di sampingmu, dan di depan ada dua anakmu yang lucu-lucu. Lelaki yang mendapatkan Nadya, hanya dengan mengandalkan perintah Akuwu semata. Jadilah kalian pasangan abadi!

Kalian berdua tentu sangat bahagia dengan semua yang kalian dapatkan dan rasakan. Terlebih saat ini kalian telah dapati dua orang anak yang lucu-lucu.

“Andai aku yang ada bersamamu!” Maka tentu saja aku akan merasakan bahagia yang luar biasa itu. Sangat Bahagia. Pasti aku akan sangat bahagia. Nadya, Sejujurnya, Aku masih mengharapmu.

“Hahahaha” Malam itu aku sedang tertawa sendiri. Di kamar kecil di Jakarta ini. Di depan cahaya lampu belajar, diiringi lantunan lagu lawas yang terdengar syahdu di RRI dan informasi Indonesia Menyapa. Aku penggemar RRI. Satu-satunya media yang netral dan kokoh menjaga Indonesia. Aku sedang dengarkan radio dan melihat-lihat FB di laptop yang terus saja menyala. Di kawasan Rorotan Jakarta Utara. Tanpa teman. Hanya sendiri.

Lihat selengkapnya