"Apa yang dikatakan Hardy?" Tanya Annie Morgan tanpa mengalihkan pandangannya dari gadis itu di kejauhan.
"Hardy?" Robert mengerutkan keningnya saat Annie menyebut Ginny dengan nama keluarganya. "Aku tidak tahu kalau kalian bermusuhan."
"Bukan bermusuhan." Gadis berambut pirang itu mengalihkan pandangannya pada laki-laki di sisinya. "Kami hanya tidak akrab. Malahan, sepertinya gadis itu sama sekali tidak mempunyai teman."
"Apa kau tahu alasannya?"
"Lho, jadi kau tidak tahu? Saat tahun ajaran baru saja dimulai, si penyihir itu mengutuk beberapa senior hingga mati."
"Mati karena kecelakaan sama sekali tidak membuktikan kalau mereka dikutuk." Bantah Robert. "Bukankah menurut polisi, kadar alkohol yang mengemudi melebihi 0,1 persen. Itu sangat berbahaya dan ...."
"Tidak mungkin Joey Richmond mengemudi dalam keadaan mabuk!" Tukas Annie. "Besoknya dia ada pertandingan football, aku tidak yakin ...."
Suara Annie yang tercekik karena kehabisan nafas, membuatnya tidak mampu untuk menyelesaikan ucapannya. Setelah menenangkan dirinya, gadis itu melanjutkan ucapannya dengan nada jauh lebih tenang dan lirih. "Tidak hanya kejadian itu. banyak bukti dan saksi lain yang bisa membuktikan kalau Ginny Hardy adalah penyihir."
"Sebenarnya apa sih yang membuatmu tidak menyukainya?"
Mendengar pertanyaan itu, gadis cantik dengan potongan rambut bob itu diam sejenak. Kemudian ia bangkit dari duduknya, berdiri membelakangi Robert dan berkata dengan kepala tertunduk.
"Dia pasti mengatakan agar kau tidak usah membantuku, iyakan?" Annie berkata sambil menggosok hidungnya.
"Dari mana kau tahu?"
"Aku bisa menebaknya."
"Lalu kenapa kau bisa menebaknya?" Robert kembali bertanya dengan tidak sabar.
"Aku hanya ...." Annie menggigit bibir bawahnya. "Robert, Ginny pernah mengatakan kalau dia bisa melihatnya."
"Melihat?" Lelaki itu mendekati Annie dan memegang kedua lengannya. "Melihat apa? Tolong katakan padaku."
"Erin Hewitt ...." Napas gadis itu terasa sesak. "Dia mengatakan kalau semakin hari Erin Hewitt semakin mendekatiku dan bahkan ...."
Tiba-tiba mata Annie membelalak. Ketakutan, matanya menatap ke balik punggung Robert.
"Ada apa? Apa ada sesuatu di belakangku?"
Robert menengok ke arah pintu yang terbuka.
Sejak kapan pintu itu terbuka? Batinnya.
"Aku mulai kehabisan waktu?" Annie menangis. "Apa yang harus aku lakukan sekarang?"
"Tentu saja kita harus bicara dengan Tillman dan Webber, bukankah kau mendapat buku ini dari mereka." Rober berkata sambil memberi tanda agar Annie mengikutinya kembali ke dalam gedung sekolah.
"Jadi kau akan membantuku?"
"Tentu saja aku akan membantumu, karena ...." Laki-laki itu terdiam kala merasakan angin dingin berhembus di belakang lehernya.
"Kau kenapa?" Dengan kening berkerut, Annie menatap sahabatnya yang tengah memegang belakang lehernya dengan sikap bingung.
"Bukan apa-apa." Robert menggelengkan kepala,
Sementara itu, Ginny Hardy yang tengah membaca buku di sudut sekolah yang sepi mendesah kesal.