Bab 1 — Hari yang Terlihat Biasa
Ringggg~!!! RINGGG!!!
Suara alarm terdengar meraung nyaring, Membuat gadis yang sedang terpejam ,bangun dari alam mimpinya.
Matanya terbuka pelan, tapi pikirannya masih terbagi antara mimpi dan realita, namun suara alarm yang berulang membuat dirinya sadar, bahwa ini adalah realita.
Dia bergerak dengan malas untuk mematikan alarm itu, Setelah alarm mati sejenak Ia menguap, matanya yang masih membuka sedikit mulai membuka lebar.
Terlintas dipikirannya tentang mimpi yang ia alami sebelumnya, sebuah mimpi horror yang begitu terasa nyata, ia menggeleng pelan setelah nya, mencoba melupakan mimpi itu lalu matanya terpalu ke jam dinding, ia terdiam dan menyadari bahwa jam menunjukan pukul 6.30.
Lekas ia bangkit, rasa malas dan mimpi yang membayanginya tadi, hilang tergantikan rasa panik.
Dia bergerak secepat mungkin, turun dari kasur hingga tersandung selimut, ia mengaduh pelan sebelum akhirnya lekas bergerak, menuju kamar mandi.
Ia mencuci muka, dan lain lain, lalu bersiap menggenakan seragam sekolahnya, mengambil tas-nya sebelum ia pergi ke dapur.
Di tangga menuju ruang tengah ada aroma khas roti panggang dan telur yang tercium dari arah dapur.
Ia melangkah langsung ke arah dapur, lekas pergi duduk, meletakan tas disamping dan langsung makan apa yang disajikan dimeja, makanan itu habis dengan cepat karena buru-buru ia lalu , bangkit ambil tasnya dan lari keruang tengah, tapi ia terhenti oleh cermin besar yang menempel di tembok itu, ia mengecek seragamnya di cermin sebelum akhirnya pergi ke arah pintu, disana ia berhenti hanya sekedar untuk memasang sepatu sejenak sebelum akhirnya ia berteriak.
"Aku berangkat!"
Teriakan nya di sahut oleh Ibunya.
"Hati-hati di jalan, Risa!."
Setelah itu terlihat sosok sang ayah yang melambai dan tersenyum padanya, dari arah jendela dapur yang tembus ke ruang tengah, Risa menoleh sejenak dan tersenyum juga pada mereka sebelum akhirnya pergi keluar rumah.
Dikeluarga itu berisi 3 orang, Ayah dan Ibunya juga Risa yang merupakan anak tunggal.
Risa adalah anak yang nilai akademinya standar.
Meski standar ia termasuk anak dengan imajinasi dan kreativitas tinggi yang membuatnya dikenal dalam beberapa tugas seni.
Dijalan pada hari itu, ia berlari menuju halte bus, tak ada yang berbeda selain ia yang terburu-buru kali ini.
Langit yang nampak cerah, nyaris tak berawan.
Angin bertiup dengan lembut, mengenai kulitnya, membuatnya agak menggigil mungkin efek dari pergantian musim yang tak lama lagi.
Halte yang dituju tidak begitu jauh, setelah berlari melewati beberapa tikungan, halte itu terlihat juga bus yang menuju sekolah, ia bahkan belum sempat menarik nafas langsung harus lari lagi dengan panik kearah bus itu.
Akhirnya ia berhasil masuk di dalam dengan nafas yang masih tak beraturan ia megelap keringat di pelipisnya, di sekitar terlihat sudah ada beberapa penumpang yang duduk, beberapa diantara mereka berwajah familiar karena mereka sering menaiki bus yang sama dengan nya.
Ada seorang ibu sibuk dengan anaknya, seorang kakek yang sering tertidur di dekat jendela, dan beberapa siswa SMA lainnya yang asik mengobrol, juga ada yang menatap layar ponsel dan membaca.
Situasi dibus cukup tenang dan nafas Risa juga mulai teratur.
Semuanya terasa seperti hari biasa lainnya tapi ntah kenapa Risa agak menggigil di sepanjang jalan menuju sekolah itu, ia tak banyak berfikir, menggosok kedua tangan nya sambil menatap keluar jendela, berfikir untuk mengenakan baju hangat untuk esok.
Setelah beberapa saat perjalanan di bus, ia tiba di sekolah, ia turun dari bus dan segera berlari lagi menuju gerbang sekolah, sekolah itu luas tapi Risa sudah hafal kemana ia harus pergi pertama, ya itu kelasnya.
Ia berlari dan terus berlari sampai tak terasa ia sudah di lorong dekat dengan kelasnya, seperti biasa ia bisa melihat Ellie sudah menunggunya di depan pintu kelas, Risa mempercepat langkah mendekati Ellie yang berdiri di depan pintu.
Saat Ellie mendengar suara langkah mendekat, ia menoleh dan menyadari itu Risa.
"Tumben nggak telat."
Ia tersenyum meski terdengar nada sindiran kecil di ucapan nya sebelum nya.
Risa bingung dan menanyakan kembali.