Seorang gadis jangkung keluar dari salah satu ruangan di rumah sakit pusat. Di depan pintu terdapat Seorang gadis jangkung keluar dari salah satu ruangan di rumah sakit pusat. Di depan pintu terdapat sebuah papan bertuliskan nama psikolog lengkap dengan gelarnya.
Di depan ruang itu terdapat bangku panjang yang difungsikan sebagai ruang tunggu. Ada seorang laki-laki bertubuh atletis duduk sambil meneguk kopi hangat yang dibelinya dari kantin rumah sakit.
Kepalanya mendongak ketika melihat sepasang sepatu boot hitam berjalan mendekatinya. Adiknya, Wang Sally sedang berjalan dengan wajah merengut.
“Kenapa mukamu begitu? Makin jelek tau,” ledek Jackson.
Sally makin merengut lalu mencubit lengan kakak satu-satunya itu, “aku gak mau lagi pergi ke sini. Aku kan udah sembuh.”
“Baiklah nanti aku pikirkan lagi. Sekarang kau mau makan gak?”
“Mauu, aku lapar sekali,” jawabnya antusias. Jika menyangkut makanan, mood-nya langsung membaik begitu saja.
“Oke kalau gitu ayuk pergi. Ada kedai ramen baru di dekat rumah,” ajak Jackson lalu tangannya meraih resleting mantel Sally lalu menariknya hingga batas leher. Tidak lupa ia memakaikan syal bewarna coklat gelap pada leher adik perempuannya itu.
Siapa pun yang melihat Jackson dan Sally pasti mengira kalau mereka adalah sepasang kekasih. Perlakuan Jackson yang terlalu romantis sering kali membuat orang lain salah sangka.
Bahkan teman-teman Sally mengira kalau lelaki berkulit pucat itu adalah kekasihnya Sally, bukan kakak laki-lakinya.
***