"Kamu gak pesen apa-apa?" tanya Sean saat Elina memilih merapikan kertas-kertas itu setelah meeting selesai. Bahkan ini bukan kali pertama Elina tak memesan makanan meski mereka harus meeting sembari makan siang. Lalu, dia juga pernah melihat menu makanan yang Elina ambil saat makan siang di kantor hanya salad atau buah-buahan.
"Saya bisa langsung ke kantor 'kan?" tanya Elina saat dia selesai merapikannya.
"Kamu beneran gak akan pesen apa-apa?"
"Saya udah order salad ke kantor kok. Terus, saya gak wajib mesen juga 'kan?"
"Saya heran soalnya gak pernah liat kamu mesen makanan setiap kita meeting di luar."
"Saya ada alergi. Jadi, gak bisa sembarangan makan. Saya duluan ke kantor ya, pak, permisi."
Ngomong-ngomong soal alergi, Sean langsung memukul pelan dahinya saat mendengar jawaban dari Elina. Bisa-bisanya dia lupa hal kecil seperti itu. Elina punya kasus yang sama dengan sang nenek. Keduanya sama-sama tak bisa makan sesuatu yang mengandung MSG dan Elina pernah mengatakannya sekali saat mereka meeting di luar pertama kali.
"Ah, bener juga, dia sama kayak nenek."
***
Sembari merapikan beberapa lembar kertas yang tercecar di atas lantai, Elina sesekali menghela napas. Hari ini monster bernama Sean itu terus membuatnya dihajar beragam tugas. Memang tugasnya tak terlalu berat. Namun, frekuensi pekerjaannya benar-benar dekat. Hingga membuat Elina cukup stres.
"Argh!" Elina meringis sembari memegang perutnya. Dia terus menolak dalam hati soal sesuatu. Namun, nampaknya karena stres dia jadi datang bulan lebih cepat. Kalau saja dia tahu tamu bulanannya akan datang hari ini, dia akan izin tak masuk karena memang sakitnya selalu tak tertahankan.
Setelah merasa gelombang rasa sakitnya berkurang, Elina kembali berjalan menuju ruangan Sean. Dia perlu menyerahkan beberapa surat yang diajukan untuk sang bos. Namun, dia mengerutkan dahi saat Sean seperti sedang berusaha menyembunyikan diri.
"Ada apa, pak?"
"Kalo ada yang cari saya, bilang aja saya lagi meeting di luar."
Elina menghela napas. Bahkan dengan meringkukan tubuh seperti itu, tak menyembunyikan tubuh besar milik Sean. Bosnya memang kadang-kadang di luar dugaan. Lalu, untuk apa dia bersembunyi seperti ini? Apa dia terlilit hutang? Mana mungkin.