"SARA! Lo harus jelasin semuanya!”
“Sejelas-jelasnya!”
“Yaps, benar! Gue setuju!”
“Itu hoax, kan, Sar?”
Sara mengerut heran. Dia baru saja tiba di gerbang sekolah ketika ketiga sahabatnya memberondongnya dengan berbagai kalimat yang sama sekali tak dipahaminya. Sejujurnya dia masih enggan bertemu mereka akibat insiden kemarin, tapi mereka bertiga sendiri yang menghampiri Sara. Jadi, tak ada kesempatan untuknya menghindar.
“Kalian ini ngomong apa, sih?” tanyanya dengan kedua alis bertaut bingung.
“Ck, lo ini ya, kok nggak pernah bilang sih, Sar, sama kita-kita,” ucap Miya dengan bibir mencebik.
“Iya nih, Sara. Nggak asyik, ah,” timpal Joy. “Tapi, by the way, lo tenar banget dah, sekarang!”
Kerutan di dahi Sara bertambah dalam. Dia makin bingung. Ini apa sih, gumamnya dalam hati. Tenar? Siapa? Aku? Kenapa memangnya?
“Apaan sih, kalian?” tanya Sara lagi. “Sumpah ya, gue bingung.”
“Kura-kura dalam perahu. Pura-pura nggak tahu lo, ya.”
Sara mendengus. Miya masih ngotot mengatakan bahwa Sara pura-pura tidak tahu, padahal yang sebenarnya, dia memang tidak tahu apa-apa. Menoleh, Sara pun menatap Enzi. Enzi yang sejak tadi diam, mungkin bisa membantunya.
“Lo pagi ini nggak buka Twitter, ya?” tanya Enzi kemudian.
Sara menggeleng. “Belum. Paket gue abis. Kenapa emangnya?”
“Lho, jadi lo nggak tahu, Sar?” celetuk Joy tiba-tiba. Sara kembali menggeleng.
“Pantes aja dia kayak orang linglung,” kini Miya yang berkata.
Kedua alis Sara bertaut. “Gue ketinggalan suatu berit—”
“Nih, baca!” Ucapan Sara terhenti karena Enzi menyodorkan smartphone-nya.
Awalnya Sara bingung, tetapi detik selanjutnya matanya terbelalak kaget saat mendapati laman Twitter di smartphone Enzi, menampilkan foto dirinya dan Sam tengah berbincang berdua di kelas. Dan, Sara makin terkejut saat mendapati caption yang tertulis.
HOT NEWS, Guys! SAM kepergok berdua sama cewek, nih! Pacar atau gebetan baru, ya? #AwasCewek2PatahHati #PesonaSam #HotNews
SIAL!
“Jadi, bener nggak nih, Sar, beritanya?”
“Ini benar lo, kan?”
“Jadi, kalian berduaan kemarin? Ngapain?”
Sara mendesah panjang. Ditatapnya wajah ketiga sahabatnya yang diliputi rasa penasaran. Entah mengapa perasaannya mengatakan bahwa dia tak perlu menjelaskan secara detail isi percakapannya dengan Sam. Iya kalau mereka simpati, kalau mereka mem-bully seperti kemarin, bagaimana?
Sejujurnya, rasa kepercayaan Sara kepada ketiga sahabatnya sedikit memudar.
“SARA!”
Sara menoleh. Detik selanjutnya dia melengos saat mendapati siapa yang barusan memanggil namanya. Bergegas dia pun melangkah, meninggalkan ketiga temannya untuk menghampiri si pemanggil.
“Lo emang ngeselin ya, Sam!” semprotnya saat keduanya berhadapan. “Gara-gara lo, tahu nggak semuanya!”
Sam menyengir. “Sorry, Sar! Gue nggak tahu.”
“Bohong!” Sara mendelik. “Pasti rencana lo kan, biar gue setuju sama tawaran kemarin? Ck, licik lo!”
Alih-alih tersinggung dengan kata-kata Sara, yang ada Sam terbahak. Kepalanya menggeleng geli berkali-kali. “Ide menarik,” ujarnya di sela tawa.
“Lo tahu nggak, awalnya gue nggak kepikiran, tapi gara-gara lo ngomong boleh tuh direalisasiin.” Tawa Sam sudah sepenuhnya berhenti berganti dengan senyum menyeringai. “Jadi, nggak masalah, kan, ini gosip kita iyain aja?”
Sara memelotot. “Apaan sih, Sam! Nggak, nggak! Nggak akan!”
“Ayolah, Sar! Nggak ada ruginya pacaran sama gue,” bujuk Sam.
“Ogah!” geleng Sara. “Kan, gue udah bilang, gue nggak minat pacaran sama lo. Udah ah, pokoknya lo yang beresin nih masalah. Cari tahu tuh siapa yang nyebarin!”
Sam menggeleng. “Males, ah! Kurang kerjaan amat gue, Sar. Udahlah abaikan saja!”