Lupa itu adalah kata kerja.
Melupakan itu adalah disengaja
Dilupakan itu, ahh sudah biasa!
Tapi, terlupakan itu adalah
ketidaksengajaan yang ternyata menyakitkan
(Birendra Sadhana)
🍁🍁🍁
Aksi battle Mie Dower Mbleber sukses dilaksanakan. Abangnya takluk dan menyerah atas rengekan Birendra. Anak itu berhasil membujuk sang abang dengan alibi empat kaleng susu beruang iklan naga yang sengaja dia siapkan.
Dengan modal tambahan yang mengatakan sudah sarapan bersama sang ayah, Radit akhirnya percaya meski dirinya sendiri tak yakin akan mampu menghadapi level slawe tawaran dari Birendra.
Benar saja, belum setengah mie itu dia makan, lelaki yang lebih tua itu menyerah dan segera menandaskan setengah air hangat dan sekaleng susu beruang sebagai penutup.
Abangnya itu bahkan bergidik dan berkali-kali menyuruh Birendra untuk mengakhiri aksinya iti karena Radit sudah mengaku kalah. Namun, si bebal itu masih saja menikmati suapan demi suapan mie yang berselimut cabai merah.
Tak ada keluhan ataupun desisan rasa pedas yang ditampakkan oleh Birendra. Terlalu santai menurut Radit padahal tetesan keringat semakin membanjiri kening adiknya itu.
"Bi, sudah! Abang sudah nyerah, ini lidah sama perut rasanya udah kebakar!"
"Tanggung, Bang! Dah mau habis!"
"Bi, sudah! Berhenti!" Radit menarik paksa piring adiknya dan menaruhnya di meja sebelah.
Birendra mendongak sebentar lantas meminum air hangat yang sudah ada di hadapannya. Air itu meluncur ke lambungnya, ada sensasi hangat yang merambahi perut dan naik ke dadanya.
Bibirnya memerah dan bengkak. Belum lagi rasa terbakar di lidahnya baru dia rasakan. Ditandaskannya dua kaleng susu beruang miliknya itu dengan segera.
Radit menggeleng tak percaya dengan kelakuan Birendra. Sering kali anak itu berbuat seperti ini jika pikiranya sudah tak lagi sehat. Banyak yang ingin ditanyakan pada Birendra, tetapi mengingat tabiat adiknya, Radit urung bertanya dan menunggu sang adik untuk bercerita.
🍁🍁🍁
Sudah seminggu berlalu dari aksi battle-nya bersama Radit karena insiden di rumah sakit. Mamanya pun sudah kembali ke aktivitas semula. Namun dari kejadian itu masih menyisakan canggung antara dia, mamanya, Ganesh, dan Zio.
Hal terburuk dari kejadian itu adalah tingkah bodohnya bersama mie level slawe. Memang tak langsung bereaksi setelah memakannya, tapi selama seminggu ini Birendra didera sakit perut hebat yang tak kunjung reda.
Kata orang, semangat yang kuat bisa mengalahkan rasa sakit. Itu yang kini Birendra terapkan. Dia memiliki hati dan semangat tinggi, hingga mengesampingkan rasa sakitnya.
Bodoh atau bebal? Dua-duanya! Di dua hari terakhir sebelum weekend dia habiskan waktunya terbaring di ranjang UKS. Wajahnya sudah pucat, keringat dingin terus saja mengalir di keningnya. Birendra tetap diam dan meringkuk meski Radit berkali-kali mengajaknya pulang.
"Bi, ke rumah sakit, ya! Abang khawatir, seminggu ini sakit perutmu nggak kunjung reda!" Radit sampai berjongkok di sisi ranjang supaya bisa sejajar dan berbicara lebih pelan dihadapan adiknya.
"Pulang, Bang!"
"Ke rumah sakit dulu, baru pulang, gimana?" Hanya gelengan dari Birendra yang menjawab.
"Ya sudah, ayo pulang! Bisa jalan?" Adiknya itu lagi-lagi hanya mengangguk.