Déanach

NarayaAlina
Chapter #22

Chapter 22 ~ Berkisah

Kau tersindir, aku tersingkir.

Kau tersadar, aku menghindar

Kau curiga, aku yang terbuka.

Bukan perkara perlakuanmu,

tapi tentang perasaanmu.

Menitilah jalan dengan hati-hati,

supaya tak banyak yang sakit hati.

Jelajahilah ruang dengan perlahan,

meski tak banyak tersedia harapan.

Dan, berbagilah persinggahan dengan sesama,

supaya tak ada lagi arogan yang menjelma

(Birendra Sadhana)

🍁🍁🍁

Tiga lelaki duduk bersandar di kursi tunggu depan UGD setelah selesai mengurus administrasi yang perlu diisi. Permintaan tentang data pasien, penanggung jawab pasien, serta beberapa hal lain terkait dokter dan izin melakukan tindakan.

Ketiganya mengembus napas lega saat berhasil meredakan degup jantung yang menggila. Mereka bertiga baru saja melewati olahraga jantung berjamaah. Bagaimana tidak, Birendra pingsan, denyut nadinya sangat lemah. Timbul tenggelam seperti ada dan tiada.

Lelaki yang paling muda bahkan tiga kali menerobos lampu merah karena dua orang yang lebih tua mendesaknya untuk menginjak pedal gas lebih dalam lagi. Nyaris saja mereka berakhir di ruangan yang sama dengan Birendra jika Zio tak mahir membawa mobil.

Ketiganya kompak menoleh ketika mendengar derap roda brankar yang mendekat. Seorang permuda yang usianya tak tak berbeda jauh dengan Birendra tampak tak sadarkan diri.

Lelaki itu sama mengenaskannya dengan saudara mereka saat memasuki UGD. Hal yang membuat berbeda hanyalah yang menemani. Si pemuda itu ditemani oleh seorang gadis dan seorang abang gojek.

"Kayaknya kondisi Bi lebih baik dari dia, Bang!" komentar Zio setelah brankar itu berlalu dihadapannya.

"Mulutmu, Zi! Semua yang masuk UGD ya pasti kondisinya nggak baik-baik saja!" jawab Radit.

"Bang Radit tau nggak bedanya UGD sama IGD?"

"Beda di awal doang, Zi!"

"Salah! Dari kepanjanganya aja beda, kalo UGD itu Unit Gawat Darurat."

"Terus, kalo IGD? Instalasi Gawat Darurat 'kan?"

Lihat selengkapnya