Dear 30th

Tyaerynvieqa
Chapter #1

Prioritas

Dear 30th,

Today, I'm officially 30th. Banyak hal telah aku lalui, rasa sakit, kecewa, marah, merasa rendah diri dan selalu terbayang-bayang dengan masa lalu, haruskah semua itu menjadi bagian dalam hidupku?

Terkadang, aku merasa Tuhan tidak adil dengan hidupku. Mengapa dari sekian juta manusia yang diberi kehidupan, hanya aku yang tidak diberi kebahagiaan?

Apakah hidup tidak bahagia adalah sebuah dosa?

Flora

***

25 Oktober 2009

Saat membuka mata secara perlahan, kilau sinar matahari dari pantulan kaca jendela menyilaukan Flora. Ia berusaha mengingat kembali apa yang telah dialaminya, sehingga berada di sebuah bangsal rumah sakit. Hal terakhir yang ia ingat, hanya suara deburan ombak dan kasarnya bebatuan yang ia injak saat berada di sebuah pantai, setelah itu ia tidak dapat mengingat apapun lagi. Kepalanya terasa seperti dihantam sebuah batu besar, sangat sakit. Masih menahan rasa sakit itu, Flora berusaha untuk duduk, hanya saja tenaganya sangat lemah dan seperti terkuras habis.

"Kalau masih ngerasa pusing, mending tiduran aja." ucap seorang perawat wanita. Flora menggeleng pelan dan tetap berusaha duduk, karena tidak tega, akhirnya perawat itu membantunya duduk sambil menyangga bantal kepala sebagai sandaran punggung Flora.

"Bagaimana saya bisa disini, Sus?"

"Oh itu, saya juga gak terlalu tau gimana kejadian pastinya, tapi kamu ditemukan hampir tenggelam 2 hari yang lalu."

Seperti menekan play pada video yang di pause sebelumnya, ingatan Flora mulai berputar kembali dengan sempurna. Ia teringat, apa yang diucapkan oleh Nina, kakak sepupunya.

“Kau pikir, hidup itu segampang saat kau bilang cinta? Sadar Flo, cinta bahkan tidak akan bisa menanggung apa yang saat ini kau alami!”

Setelah mengatakannya, Nina pun menjambak dan memukul Flora dengan penuh emosi. Pukulan demi pukulan Flora terima, serta menahan semua perasaannya demi sebuah kenyataan pahit. Ia memang bersalah, tetapi takdir yang telah ditentukan untuknya adalah sesuatu yang harus diterima oleh dirinya. Di satu sisi, Flora sangat ingin berteriak dan membalas semua pukulan itu, tetapi di sisi lain, ia juga sadar bahwa ia memang pantas mendapatkannya.

“Pergi kau dari sini! Jangan pernah kembali lagi jika kau masih keras kepala!"

Tangan kanan Nina menarik keras rambutnya, menyeret paksa Flora untuk keluar dari rumah peninggalan almarhum ayahnya. Flora sempat memohon pada ibunya, tetapi hanya tatapan kosong yang didapatinya. Setengah terseret, Flora memohon ampun kepada Nina, tetapi Nina tetap tidak memedulikannya.

*** 

7 tahun kemudian

“Flo ... Air!”

Tanpa melihat pun, Flora yakin Alvin sedang menatapnya intense sambil menompangkan dagu, menunggu Flora mengambilkannya air mineral yang berada dalam kulkas.

“5, 4, 3 ... 1.”

Flora melemparkan botol berisi air mineral tepat di arah Alvin berdiri, seakan tau bahwa Flora akan melemparkan botol tersebut, dengan refleks Alvin menangkapnya seperti seorang catcher.

“Interview? Kali ini dimana lagi?” Alvin mulai memperhatikan Flora dengan mata memicing tajam, seperti menilai sesuatu.

Flora mengenakan kemeja berbahan rayon twill premium warna putih dipadukan dengan black mini skirts dengan lingkar pinggang 50 cm, sangat pas dengan dirinya yang mempunyai lingkar pinggang kecil, serta memberikan ilusi yang indah untuk kaki jenjangnya yang kurus. Tatapan Alvin semakin intense dan membuatnya risih. Flora bukan tipe cewek yang gampang tersulut amarah, hanya saja, jika sudah berhubungan dengan alvin, 1% bagian emosinya kadang tercampur aduk, tidak karuan. Puncaknya, 1% itu naik menjadi 90% ketika Alvin menyeret paksa dirinya keluar saat sedang di-interview, ya, dirinya benar-benar dipermalukan oleh Alvin hanya karena Alvin tidak suka dengan outfit yang Flora kenakan hari itu.

Setelah meletakkan piring terakhir di tumpukan piring-piring bersih, Flora balik menatap Alvin dengan tidak suka.

“Bukan urusan lo!" ucap Flora singkat sambil melewati Alvin.

Lihat selengkapnya