Dear Allah

Coconut Books
Chapter #1

Prolog

Cinta ibarat sebuah perahu besar yang berlayar di tengah lautan. Mata hati menjadi tolok ukur

ke mana perahu akan berlabuh.

Lautan memberi cinta berbagai makna, ada ketenangan, ada yang terombang-ambing ombak, dan ada badai cinta.

Perahu cintaku begitu tenang di tengah lautan, pencarianku mencari perlabuhan terakhir. Angin berembus dengan damai, ombak begitu tenang dan perahuku berlayar percaya diri di atas Ridho Ilahi.

Hingga, mata hatiku melihat sebuah pelabuhan. Pelabuhan itu tampak bersinar, memukau mata dan hatiku. Coretan garis takdir Ilahi seketika tampak di depan lupuk mataku. Perahuku harus berlabuh di sana.

Aku berlayar dengan suka cita menuju pelabuhan itu. Seribu wirid menemani perahuku berlayar dengan kekuatan dari Allah Azza wa Jalla.

Telah sampai ku di semenanjung pelabuhan, segera kulepaskan jangkarku, dan aku siap berlabuh pada pelabuhan yang nampak indah tersebut.

Saat jangkarku sampai di dasar laut pelabuhan, aku terkejut saat ada perahu lain yang telah berlabuh sebelumku. Ingin kuberlayar lagi, namun jangkarku telah beku dan tersangkut di dasar lautan.

Innalillahi, perahu cintaku telah berlabuh pada pelabuhan hati yang salah....

***

 

Pernah mendengar cinta diam-diam? Banyak sekali kisah seperti itu. Di mana si wanita hanya memendam perasaan itu sendiri, hanya mampu berharap sendiri, hanya bisa menahan rasa sakit itu sendiri dan... hanya bisa mengungkapkan perasaan cintanya melalui doa di setiap sujud terakhirnya.

Aku tahu bagaimana ending dari cerita tersebut, yakni terkuaknya cinta itu pada akhir cerita dan bersatunya mereka dalam ikatan suci pernikahan dan berbahagia.

Lihat selengkapnya