Adel berada di perpustakaan kampusnya. Ia terus menskroll satu persatu foto yang ia koleksinya. Betapa hancur hatinya mengingat semua perjuangannya dulu pada seorang adik kelas bernama Arlan.
"Gue kangen lo Lan?"
"Apa kabar?"
"Gue harap baik."
"Tapi kenapa lo gak penah notif gue lagi?"
"Gue tahu kita cuma sahabat sekarang."
"Setidaknya kasih tahu dimana lo sekarang.
"Lo lagi ngapain diperpus? Gak ada kelas emang?" tanya Mona tiba-tiba.
Pertanyaan Mona reflek membuat Adel menutup lamar foto Arlan.
"Kenapa di tutup halamannya?" tanya Mona.
"Gak papa."
"Gak ada kelas?" tanyanya lagi.
"Gak ada." jawab Adel simple dengan tatapan yang tak pernah pindah dari layar laptop.
"Wow! Ini perpus. Sibuk banget lo sama laptop. Lagi nulis cerita lagi?" tanya Mona.
Kini Adel beralih menatap sahabatnya itu.
"Udah tahu ini perpus ngomongnya pake ngegas," ucap Adel sedikit menyinggung Mona.
Tanpa rasa bersalah Mona menunjukan deretan giginya yang rapih.
"Lagian ya gue liat laptop lo kemarin isinya Arlan semua," ucap Mona membuat Adel reflek menatapnya.
"Sopan banget lo buka laptop gue," ucap Adel dengan wajah kesal.
"Sebelum pergikan gue udah izin buat ngerjain tugas di laptop lo dan lo bilang boleh. Gak sengaja aja liat semua kolom pencarian lo mulai dari facebook, instagram, tweeter isinya nama Arlan semua. Emang dia siapa sih?" tanya Mona.
"Hei!" sapa Lisa yang tiba-tiba datang dan ikut duduk.
"Bukan siapa-siapa," jawab Adel lalu fokus kembali pada laptopnya.
Lisa menanyakan ada apa dengan Adel melalui isyarat pada Mona, namun Mona menjawab dengan mengangkat bahunya acuh tak acuh.
"Kata kak Yani lo bisa casting siang ini. Nanti gue anter," ucap Lisa.
"Emang jadi Lis?" tanya Mona.
"Jadi, dan kak Luluk nerima dengan senang hati," ucap Lisa ceria. Mona mengangguk-anggukan kepalanya.
"Pencarian lo nama Arlan semua Del. Arlan siapa?" tanya Lisa membuat Mona menepuk jidat dan Adel menatapnya jutek.
"Lo berdua buka laptop gue? Gak sopan banget sih," ucap Adel kesal.
"Bukannya gitu. Kemarin gue mau stalking Jeff smith tapi pas gue buka isinya Arlan semua," ucap Lisa.
Adel tidak menjawab, ia hanya mematap kedua sahabatnya itu dengan sedikit kecewa.
"Lo kalo ada masalah cerita ke kita. Kenapa sih pake disembunyiin kayak gini," ucap Mona.
"Tahu nih Adel. Kita tahu kita sahabatan belum lama. Itu sebabnya lo gak percaya sama kita berdua," ucap Lisa.
"Gue bukan gak percaya sama kalian. Ini kejadian dua atau tiga tahun lalu. Dimana gue suka sama adek kelas gue yang namanya Arlan Hasan. Tapi, umur dia lebih tua dari gue. Gue terus berusaha buat dapetin dia, tapi dia lebih suka sahabat gue sendiri," ucap Adel.
"Sorry ya kita gak tahu." ucap Mona.
Adel tersenyum dan mengangguk lemah. "Iya gak papa."
"Mau gue anter?" tanya Lisa.
"Boleh."
¶¶¶
"Pagi mbak Luluk," sapa Zara.
"Pagi Zara," ucap mbak Luluk.