Adel merebahkan tubuhnya diatas tempat tidurnya. Memejamkan matanya untuk menghilangkan rasa lelahnya seharian ini. Itu memang singkat, namun Adel bingung akan kelas sastranya. Adel akan tetap kuliah dengan mengambil jam acak atau ia memilih kelas online? Adel masih mempertimbangkan.
Adel membuka matanya dan bangun dari tempat tidurnya. Adel tahu persis jika ini adalah jam makan malamnya. Adel keluar dari kamar dan menuruni beberapa anak tangga. Adel mengambil langkah ke arah dapur. Ia menarik kursinya lalu duduk tanpa mengucapkan apapun. Adel menyoba mengambil nasi dan lauknya.
"Kamu shooting Del?" tanya Amira.
"Kok anak papa gak bilang kalo mau jadi artis," ucap Adi.
Adel tidak menjawab. Ia memilih melakukan kegiatannya tanpa menoleh pada siapapun.
"Lo punya kuping kagak? Ditanya tuh," ucap Vani membuat Adel duduk dan menatap mereka semua.
"Sejak kapan kalian perduli sama apa yang Adel lakuin? Biasanya cuek semuakan? Yaudah gak usah nanya-nanya," balas Adel ketus.
"Tahun lalu kamu jadi Model Mama gak tahu. Masa pas sekarang kamu jadi artis, mama gak tahu juga. Mama bukannya gak perduli, tapi cuma sibuk sama meeting dan hal lainnya," ucap Amira menyoba memberi pengertian pada Adel.
"Mama emang selalu punya alesan buat gak ada dirumah. Adel gak perduli tuh. Toh selama ini ada Mona sama Lisa yang ikut serta dihidup Adel. Adel juga gak terlalu mentingin keadaan mama sama papa. Buat apa selama ini Adel punya mama sama papa tapi cuma bayangannya aja," ucap Adel.
"Lo gak sopan banget sih Del!" ucap Vani kesal saat Adel menjelekan sosok mama dan papa-Nya.
"Kenapa lo nentang? Gue tahu lo gak suka Mama, Papa ada dirumah karena lo merasa lebih bebas tanpa mereka, main sampe malem ama pacar lo. Itu kan yang lo mau Kak?" tanya Adel.
"Gue pergi sama Adit juga karena tugas kampus. Bilang aja lo iri. Secara selama ini lo jomblo. Lagipun mana ada cowok yang mau sama lo," ucap Vani merendahkan Adel.
"Pacar? Buat apa punya pacar kalo selama ini gue kemana-mana sama temen gue? Buat apa? Cuma pajangan semata. Buat pansos bilang ini pacar gue, ini pacar gue gitu? Itu pamer apa mau jualan? Papa aja gak bisa jadi laki-laki yang bisa jagain gue, apalagi seorang pacar?" tanya Adel lalu fokus pada makanannya.
"Maafin Papa sama Mama kalo kita selalu sibuk Adel. Tapi, setidaknya luangin waktu kamu kalo Mama sama Papa ada dirumah. Ini pas Mama sama Papa dirumah kamu malah keluyuran sama Mona dan Lisa," ucap Adi.
Adel minum dan membersihkan mulutnya.
"Siapa yang mau keluyuran, Pa? Gak ada yang mau jadi anak luar. Tapi karena Adel kira dunia luar lebih membahagiakan daripada keadaan dirumah, lalu apa salahnya Adel bermain diluar. Adel keluar bukan karena Adel nakal. Adel cuma mau cari kebahagiaan Adel, Pa. Papa sama Mama gak ngerti betapa bosennya Adel kalo ada dirumah," balas Adel.
"Kalo gitu gak usah kamu salahin Mama sama Papa," balas Amira.
"Mama emang gak pernah mau ngalah kalo ngomong sama Adel. Adel tuh males debat terus setiap hari," ucap Adel pergi dari ruang makan.
¶¶¶
Seorang Abun sedang asik membuka akun sosmed miliknya. Abun membuka postingan miliknya dan membalas komentar-komentar dari teman atau para fansnya.
Abun baru saja ingat pada Adel. Mengapa tidak ia mengstalking instagram milik Adel.
Abun menekan kolom cari dan mengetik nama Adelia
vandelalen.12
Itu nama akun Adel. Abun mengklik dan melihat nama Junior yang sudah lebih dulu mengikuti Adel. Adel seorang modeling baru-baru ini. Namanya tidak begitu terkenal, namun followers Adel lumayan. Adel juga kebetulan sudah mengfollow Abun, jadi dengan gampang Abun mengfollback.
Abun mengskroll untuk melihat postingan Adel. Abun melihat banyak postingan Adel saat bersama teman-temannya. Adel jarang mengposting foto saat sendiri. Namun, Abun melihat postingan Adel saat sendiri dan membaca caption apa yang Adel pake.
Terkadang Abun tertawa saat membaca caption bijak atau caption bucin milik Adel. Adel hanya memposting fotonya yang sendiri saat modeling saja. Adel jarang membagi cerita sedang apa ia, atau dimana ia.
Abun jadi teringat dengan waktu itu. Abun mengambil ponselnya yang lain. Ia mencari mana Adelia dan menelponnya tanpa ragu.
"Hallo dengan Adel?" tanya Abun disebuah telpon.
"Iya saya." jawaban dari sebrang telpon membuat Abun ingin tertawa.
"Ada apa Abun?" tanya dari sebrang membuat Abun reflek.
"Lo kenal suara gue?" tanya Abun kebingungan.
"Gue fans lo. Mana mungkin gue gak kenal suara lo. Gue satu fans lo yang paling beruntung dari jutaan fans yang lain."
"Beruntung kenapa?" kini Abun-lah yang merasa gugup.
"Iyalah. Mana ada fans dihubungi terlebih dahulu sama idolanya? Gak adakan. Jadi gue beruntung bisa deket sama idola gue sendiri."
"Gila. Lo temen gue kali. Gak usah ngerasa seakan lo ini fans gue deh," ucap Abun ragu. Dan ia tidak mendengar jawaban dari Adel.
"Lo lagi galau ya mikirin cowok itu? Sebenernya lo udah punya cowok belum sih? Sorry kalo gue nanya. Soalnya muka lo kayak butuh pendamping banget," tanya Abun.
"Gue gak galau ya. Gue ini jomblo happy. Lagipun gue gak percaya tuh sama cinta. Cuma bikin orang sakit hati aja. Gue gak pernah punya niat buat pacaran setelah ngejar Arlan."
"Gak semua cowok kayak apa yang lo pikirin."
"Buktinya ada yang gak nyakitin lo kayak gue," ucap Abun dan ia mendengar tawa Adel, itu membuat Abun ikut tertawa.
"Lo tahu gak apa yang sulit dihitung selain banyaknya bintang dilangit, dan rambut kita?" tanya Abun membuat Adel berpikir disana.
"Apa?"
"Cinta aku ke kamu." jawab Abun membuat Adel tertawa disebrang sana.