Adel dan Abun baru sampai di depan rumah Adel dan duduk di kursi yang sudah ada di depan teras rumah Adel.
"Mau minum?" tanya Adel.
"Gak usah."
"Gue bentar doang," tolaknya.
Adel manggut-manggut.
"Calon mama mana?" tanyanya.
"Apa lo bilang?" tanya Adel.
"Calomn mama," ulangnya.
"Gak ada."
"Kemana?" tanyanya.
"Kemana lagi selain kerja," jawabnya.
"Ini malam minggu ya?" tanya Abun.
"Emang?" tanya Adel balik.
"Coba liat ponsel," titahnya.
Adel melihatnya. Dan benar saja rumahnya sepi. Vani sudah pergi bersama pacarnya si Adit.
"Adel di rumah sendiri?" tanya Abun.
"Iya."
"Si Vani pergi sama Adit."
"Hei!" sapa Vani.
"Lo udah pulang?" tanya Adel mematap kakaknya.
"Kenapa?" tanya Vani.
"Tumben."
"Biasanya dini hari baru pulang," jawabnya.
"Sial lo," ucap Vani.
"Udah sana masuk," titah Adel.
"Hm."
"Pintunya buka."
"Awas kalau zina!" pesan Adel.
"Iya bu ustadjah!" seru Vani masuk kedalam.
"Selalu?" tanya Abun.
"Iya."
"Gak iri apa?" tanya Abun.
"Kenapa harus iri."
"Sekarang kan lo pacar gue," ucap Adel.
Abun diam.
"Oh sorry."
"Bukan ya," ucap Adel kembali.
"Bukan."
Adel tampak cemberut.
"Tapi, calon istri," jawabnya dan Adel tersenyum.
"Bun, Del masuk yuk," ajak Vani.
"Ngapain?"
"Jangan yang aneh-aneh," ucap Adel.
"Enggak," balasnya.
"Lo tinggal disini kan?" tanya Vani pada Abun.
"Nanya yang sopan sama pacar gue," pesan Adel.
"Bodo."
"Iya. Sementara."
"Ya udah masuk."
¶¶¶
"Duduk, duduk," titah Vani pada Abun dan Adel.
Mereka duduk di lantai dengan sebuah meja di atas mereka.
"Khusus malam ini kita main putar botol," ucap Vani.
"Gimana maksudnya?" tanya Adel.