Abun dan Adel baru saja selesai belanja. Bukan banyak barang seperti apa yang kalian pikirkan. Adel hanya membeli satu kerudung dan juga tas dengan gandul beruang.
"Kita pulang?" tanya Adel.
"Nunggu yang lain," jawabnya.
"Yang lain?" tanya Adel pelan.
"Hai Bun!" seru Dania.
"Abun ternyata sama Dania," lirihnya pelan sampai siapapun tak bisa mendengarnya.
"Duduk," ucap Abun.
"Hai Dan, Bun, Del!" seru Zara dan Angga datang. Tak lupa Junior dan Jeha pacarnya.
"Hai Ha!" seru Dania.
"Apa kabar Dan?" tanya Jeha.
"Kabar gue sih baik," saut Zara.
"Zara yang cantik. Jeha tanya Dania bukan lo," ucap Junior. Mereka tertawa.
"Sama aja!" serunya.
"Beda Za."
"Bagi gue sama aja."
"Eh udah! Udah! Kalian kenapa jadi ribut?" tanya Angga.
"Lagian segala tanya Dania. Udah jelas dia sehat fisik sakit batin," ucap Zara.
"Zar," tegur Dania.
"Emang bener kan?"
"Biasa cewek baru putus emang gitu."
"Zara sok deh!" seru Dania.
Adel reflek terdiam. Sesuatu apa yang ia rasakan.
Takutkah? Khawatirkah? Entahlah.
"Lo berdua makin lengket aja?" tanya Junior.
"Sibuk aja lo!" seru Abun.
"Lo jadian Del?" tanya Dania.
Adel hanya tersenyum.
"Bun kita foto yuk," ajak Dania.
Apaan sih Dania. Baru aja putus. Udah mepet lagi aja!
Adel menepis ucapannya yang tadi.
"Gak papa kan Del?" tanya Dania.
"Kok tanya Adel?" tanya balik Abun.
"Kalian pacaran kan?" tanya Dania.
"Gue sama Adel cuma temen."
"Ngapain lo pake izin segala sama Adel?" tanya Adel.
Sesuatu terasa sesak di dalam sana. Ungkapan Abun mampu melukai hatinya.
"Gue harus pulang sekarang."
"Dari tadi kak Vani telpon gue," pamit Adel.
"Kenapa buru-buru?" tanya Zara.
"Kak Vani lusa ke London. Gue harus banyak waktu buat dia," bohongnya.
"Anter Bun," saran Angga.
"Gak usah."
"Arlan udah jemput," tolaknya tahu akan kondisinya.
"Susah suka sama cowok yang belum move-on."
"Kenapa lagi gue pake cemburu? Siapa gue?"
¶¶¶