Kemarin malam terasa seperti mimpi bagiku, pagi ini saat kubuka mata semuanya tak terlihat lagi, namun perasaanku masih sama seperti semalam. Bibirku melengkungkan senyuman, baiklah semalam Tuhan baru saja memberikan kesempatan berharga untukku.
Aku bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, setelah memastikan ibu sarapan dan meminum obatnya, akupun pergi ke sekolah. Walau masih cemas dengan keadaan ibu tapi aku tak bisa meninggalkan pelajaran begitu saja, mengingat bahwa saat ini untuk membiayi sekolah tak lagi mudah seperti sebelumnya. Maka dari itu akupun tak bisa menyia-nyiakan satu haripun untuk tak pergi ke sekolah.
Aku mengikuti pelajaran dengan baik-baik, beberapa hari lagi kami akan melaksanakan ujian kenaikan kelas, akan banyak materi yang harus aku pelajari. Hari ini juga tante Selena akan datang ke rumah kami, sepertinya kami akan tinggal bersama tapi itu juga tergantung keputusan tante Selena, mungkin saja ia akan pindah ke rumah lainnya.
" Mikaela! Irene! ayo kantin". Ajak Sophia saat bel istirahat sudah berbunyi.
" Kalian berdua duluan aja, aku harus ke perpustakaan, ada materi yang harus aku cari". ucap Irene.
" Serius? lo kan belum makan". Ucap Sophia.
" Gapapa, aku ke perpus dulu ya". Ucap Irene dengan senyuman di wajahnya, ia membawa banyak buku catatan di lengannya.
Sophia menghela napas berat melihat Irene berjalan begitu saja menuju Perpustakan.
" Padahalkan kantin sama perpus searah, kenapa gabisa jalan bareng aja sih". Ujar Sophia.
" Dia cuma semangat aja, yuk kantin". Ucapku.
Kami berdua pun pergi makan di siang di kantin.
" Hah, pasti Irene kelaperan, mana bisa sih belajar perut kosong kayak gitu". Ujar Sophia mencemaskan Irene.
" Kalo gitu biar gue bawain dia roti sama susu ke perpustakan". Ucapku.
Sophia tersenyum kearahku.
" Memang lo ini pengertian banget, gue juga mau nganterin dia makanan tapi kan lo tau gue sakit kepala kalo pergi ke perpustakaan". Ucap Sophia beralasaan.
" Hahah, nanti gue ke kelas". ucapku, akupun pergi membawakan makanan ke perpustakaan.
Aku sampai di perpustakaan dan melihat Irene yang tengah duduk sendirian dengan mata yang terfokus pada catatan di hadapannya.
" Hm, pasti Irene berusaha banget". Batinku.
" Hai". Sapaku berbisik.
" Kok kamu disini?". Tanyanya kaget.
" Kamu makan dulu". Ucapku sembari menaruh roti dan susu strawberry diatas meja.
" Yaampun, gausah repot-repot, thanks Ka". Ucap Irene.
" Kalo gitu aku ke kelas duluan, semangat!". Ucapku menyemangati sahabatku tersebut.
Di tengah jalan menuju kelas aku berpapasan dengan Karla dan teman-temannya, mereka menatap sinis kearahku sembari berbisik.
" Hm? mereka ga ngomongin aku kan ya?". Batinku bingung, akupun menghempas pikiran negatif tersebut dan lanjut berjalan menuju kelas.
Sesampainya di kelas Sophia menarikku ke ujung kelas dan mulai berbisik pelan.
" Mika, mika, lo mau bantuin gue gak?". Tanyanya.
" Kenapa? ini kenapa kita disini?".
" Tuh, lo liat kan di depan kelas ada cowo pake jaket warna ijo?".
" Hooh, kenapa?".
" Huah Mika, dia tuh ngikutin gue terus, masa tadi di kantin waktu lo pergi dia tiba-tiba dateng ke maja kita terus dia ngajak gue jalan nanti pulang sekolah, waktu gue tolak tiba-tiba dia megang tangan gue, gue lari ke kelas pun dia masih nungguin di depan kelas, nanti gimana gue bisa pulang coba".
" Orang itu?! lo beneran ga kenal sama dia?".
" Gatau sih, gue lupa, dia sih keliatannya ga asing". Ucap Sophia.
" Jadi gue cuma harus ngusir dia kan?".
Sophia mengangguk dan berharap agar aku bisa membantunya.
" Kita liat nanti sepulang sekolah, kalo dia masih ngikutin lo baru deh kita hadang". Ucapku.
" Gue takut". Ucap Sophia merengek.
Akupun memeluk Sophia dan mencoba untuk menenangkannya.
" Uh iyaiya gapapa, lo sih manis banget jadi cewek". Ucapku.