Sepulang sekolah seperti biasanya aku Sophia, Irene, Leo beserta Yian belajar bersama di kafe belajar dekat sekolah. Sejak saat kami bertengkar dengan Leo lalu Yian membantu kami, tanpa di sadari kami menjadi jauh lebih dekat saat ini. Yian duduk di samping Irene, Sophia dan Leo pun duduk bersampingan, bukannya belajar Sophia dan Leo sedari tadi hanya mengobrol dan bercanda sembari memainkan ponsel. Walau begitu Irene tak terganggu sedikitpun ia tetap fokus dengan semua materi yang ada di bukunya, Yian yang selalu tenang pun tak merasa terganggu dengan apa yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Aku sama sekali tak mengerti dengan soal yang ada di hadapanku saat ini, ditambah lagi aku tak bisa fokus karena Sophia dan Leo yang terlalu berisik. Karena sedari tadi terus minum saat ini aku harus pergi ke toilet, akupun berdiri dan pergi ke toilet.
"Gue ke toilet dulu" ucapku.
Sekembalinya dari toilet aku melihat Arlen bersama seorang perempuan yang tak lain adalah Karla, perempuan yang pernah aku temui di kelasnya waktu itu. Tadinya aku hanya akan melewati keduanya begitu saja tapi sebelum melakukan itu aku bisa mendengar percakapan keduanya yang terdengar kurang baik.
"Gue harus gimana lagi sih Len biar lo bisa nerima gue?" ucap Karla yang terdengar putus asa.
Arlen hanya berdiri tegak dengan wajah yang nampak kesal.
"Gue bakal lakuin apa aja demi lo, please Arlen gue gabisa lepasin lo" ujarnya.
Arlen masih tetap diam tanpa menjawab ucapan perempuan di hadapannya, tiba-tiba saja Karla memeluk Arlen dan mulai menangis di pelukan laki-laki tersebut. Aku terkejut melihat hal tersebut, aku kembali bersembunyi masih tak percaya dengan apa yang baru saja aku lihat.
"Gimana ini, masa harus nunggu sampe mereka pergi" batinku.
"Gua gabisa nerima perasaan lu" ucap Arlen yang kemudian melepaskan pelukan Karla.
"Kenapa? lo suka sama oranglain? kenapa Len, gue kurang apa? ucapnya tak terima.
"Karena gua gasuka lu, ada satu orang yang akhir-akhir ini selalu gua pikirin" Ujar Arlen.
"Lo bener-bener jahat Arlen, gue udah ngelakuin banyak hal biar lo bisa suka sama gue tapi ini yang lo lakuin ke gue" Ujar Karla marah.
"Dariawal gua udah bilang gua gasuka sama lu" ucap Arlen tegas.
Aku masih sangat terkejut mendengar semua percakapan mereka, kenapa juga aku harus bertemu mereka disini. Namun tiba-tiba Irene datang dan berpapasan denganku sehingga membuat Arlen dan Karla sadar aku ada disana.
"Mika, ngapain disini? yang lain udah mau pulang" ucap Irene.
Aku telat memperingatkan Irene agar tak memanggilku, kemudian Karla berjalan dengan cepat kearah ku.
"Lo? sejak kapan?" tanyanya panik.
"S-siapa?" tanyaku pura-pura tak mengenalnya.
Wajah Karla menjadi pucat kemudian ia segera berjalan meninggalkan kami, Arlen masih mematung ditempat, lagi-lagi mata kami bertemu.
"Ayo pulang" ucapku pelan pada Irene.
Aku dan Irene berjalan melalui Arlen yang masih berdiri disana, semoga ia tak sadar kalau aku telah mendengar percakapannya dengan Karla barusan.
Kini aku berjalan pulang bersama Yian, aku masih memikirkan apa yang barusan terjadi.
"Apa Yian juga bakal ngelakuin apa yang Arlen lakuin ke Karla barusan kalo aku bilang aku suka sama dia" pikirku.
"Besok lu ada waktu?" tanya Yian.
"Tapi mungkin aku gabisa kasih tahu dia kalo aku suka sama dia, Irene suka sama Yian udah jelas Yian pasti lebih milih Irene daripada aku" batinku.
"Mika?" panggil Yian memecah lamunanku.
"Kenapa?" tanyaku.
"Mikirin apaan?" tanyanya.
Kemudian aku mendapat pesan dari Irene, ia mengirim sebuah foto tiket padaku.
" Mika, aku punya 2 tiket film, aku mau ajak Yian buat nonton, jadi aku bakal bilang ke dia kalo kamu sama Sophia gabisa pergi besok" isi pesan dari Irene.
"Oke Rin" balasku.
Aku menghela napas berat setelah membalas pesan dari Irene, aku tahu seharusnya aku tak boleh merasa seperti ini.