Dear, diary

Liepiscesha
Chapter #32

Chapter 31

Sabtu siang aku dan Yian pergi ke café Seasony bersama, beberapa hari terakhir perasaanku kurang baik. Aku masih belum mengerti dengan sikap Irene yang menjadi dingin padaku, dia seperti sengaja menghindar dan mengacuhkan diriku.

“Mikirin apa sih?” tanya Yian yang duduk di hadapanku.

“Apa gara-gara Yian?” batinku sembari menatap Yian.

“Kenapa?” tanyanya lagi.

Aku menghela napas gusar, kesal karena Irene tak mengatakan apapun dan aku juga tak berani untuk menanyakan apapun padanya.

“Yian” panggilku.

Aku sempat berniat untuk bertanya pada Yian tentang bagaimana perasaannya terhadap Irene, barangkali dia juga menyukai Irene. Tapi kemudian aku mengundurkan niatku dan kembali terdiam.

“Gajadi deh” ucapku.

Yian menatapku dengan tatapan cemas namun seperti biasanya dia tak pernah langsung bertanya tentang apa yang terjadi padaku.

Ponsel Yian berdering, ia memeriksa ponselnya, tanpa sengaja aku melihat nama dari orang yang menelpon Yian, aku mendapati bahwa Irene yang menghubunginya.

“Kenapa ga diangkat?” tanyaku.

Setelah lama terdiam akhirnya Yian mengangkat telpon dari Irene, dengan wajah yang panik dia segera bangun dari kursinya mebuatku penasaran dengan apa yang baru saja dia dengar.

“Mika, lu pulang duluan ya” ucapnya tergesa.

“Kenapa?” tanyaku bingung.

“Nanti gua telpon” ucapnya lalu kemudian segera berlari keluar dari café meninggalkanku sendirian.

Tubuhku terpaku, tanpa perlu mendengar jawabannya kini aku tahu jelas bahwa Yian juga memiliki perasaan yang sama dengan Irene..

Aku tak mengerti kenapa hatiku terasa sesak, aku tak ingin bicara ataupun bergerak, rasanya sangat menyebalkan.

“Mika” panggil seseorang di hadapanku.

“Arlen?”.

“Ngapain? Gue duduk ya?” tanyanya sembari meminta persetujuanku.

Aku mengangguk pelan mempersilahkannya untuk duduk.

Arlen menatap keluar jendela, ia sadar bahwa di mejaku ada 2 gelas minuman yang artinya aku tak datang sendirian sebelumnya.

“Haha kenapa sih? Abis ditinggalin sama cowo yang lu suka?” ujarnya.

Aku menatapnya tajam, tersinggung dengan apa yang baru saja dia katakan.

“K-kenapa?” tanyanya terbata.

“Kok lo ada dimana-mana sih?” ujarku.

Dia hanya tersenyum menanggapi ucapanku.

“Oiya, mama sama tante gue suka roti dari toko lo, thanks ya” ucapku.

“Tapi lain kali harus bayar” ledeknya.

Lihat selengkapnya