Dear, diary

Liepiscesha
Chapter #34

Chapter 33

Sejak beberapa waktu yang lalu aku sudah mendengar bahwa aku dan Ibu harus segera meninggalkan rumah kami saat ini, pemilik rumah yang sebenernya meminta kami untuk segera membayar uang rumah secepatnya. Mudah saja bagi untuk pindah ke tempat yang lebih kecil dan murah, namun rasanya begitu berat untuk meninggalkan tempat yang sudah menyimpan banyak kenangan kami bersama mendiang Karel.

Sehingga yang bisa Ibu lakukan adalah meminta sedikit waktu lagi untuk bisa segera membayar uang sewa rumah kami. Mengetahui hal tersebut membuatku ikut merasa sedih, mengingat Ibu harus bekerja keras untuk mendapatkan uang tersebut, belum lagi kami butuh uang untuk kehidupan sehari-hari juga biaya sekolah dan kursus ku.

Ibu memintaku untuk tak memberi tahu tentang masalah ini kepada Tante Selena, takut - takut malah membebani adiknya tersebut.

Ibu terus mengatakan bahwa semuanya bukan masalah besar dan memintaku untuk hanya fokus sekolah dan tak memikirkan apapun. Ibu selalu tampak baik - baik saja, ia tersenyum dan memperlakukan ku dengan sangat baik, namun di balik itu semua aku tahu seberapa banyak malam yang Ibu habiskan sendirian untuk duduk di kamarnya yang gelap.

Aku pergi ke sekolah hari itu, sudah hampir 2 bulan uang sekolahku belum terbayarkan. Aku sempat berpikir untuk pindah ke sekolah biasa, sekolah yang biayanya bisa lebih murah, namun sepertinya untuk biaya pindah sendiri juga akan sama mahalnya.

Pelajaran sejarah di mulai, aku sama sekali tak bisa memperhatikan penjelasan dari Guru sejarah saat ini.

"Pak" ucapku sambil mengangkat tangan kanan.

" Ya Mika, kenapa?" tanya Guru sejarah.

"Saya boleh izin ke UKS pak?" tanyaku meminta izin.

"Kenapa? Ngantuk denger penjelasan saya?" tanya nya lagi.

Aku dengan wajah murung ku tak menjawab pertanyaan Guru sejarah ku tersebut, aku hanya menatap ke bawah, rasanya tubuhku pun begitu lemas.

"Irene, kamu antar Mika ke UKS" suruh Guru sejarah.

Irene dengan tubuh tegaknya tak segera bangkit dari kursinya setelah mendengar perintah Guru sejarah.

"Maaf pak, saya harus catet semua yang Bapak jelasin barusan" balasnya dengan wajah datar.

Seisi kelas terkejut mendengar pernyataan Irene barusan, begitu pula dengan diriku. Namun aku segera sadar dan tak terlalu menanggapi ucapannya, sejak beberapa waktu yang lalu sikapnya memang menjadi lebih dingin dan sulit di mengerti. Aku segera berdiri dengan sedikit tenaga yang ku miliki.

"Saya sendiri aja pak" ucapku lalu segera berjalan meninggalkan kelas.

Lihat selengkapnya