Setelah makan malam bersama Ibu, aku pergi menuju kafe Seasony untuk menemui Arlen. Aku tiba lebih awal darinya, aku menunggunya sembari menatap jalanan diluar melalui jendela besar di samping mejaku.
Kemudian Arlen akhirnya tiba dengan wajah pahit saat mata kami bertemu..
"Cih" decakku diikuti senyum.
"Hobi baru lu melamun?" Tanyanya yang kemudian meminum pesananku.
"Punya gue..." Ucapku terkejut melihat Arlen dengan tenangnya meminum minuman yang telah aku teguk.
Tak lama kemudian seorang pelayan menyajikan minuman untuk Arlen bahkan sebelum kami sempat memesan terlebih dahulu.
"Lo sering kesini?",
"Kebetulan kenalan gua kerja disini" jawabnya.
"Siapa? Mas yang tadi?" tebakku.
Arlen memiringkan kepalanya dan menaikan sebelah alisnya membuatku harus mencari jawaban sendiri.
"Kak Elthan?" Tebakku.
"That's right" jawabnya.
"Hah? Jadi beneran Lo adeknya kak El?" Ungkapku tak percaya.
"Haha, pasti dia udah ngebanggain gua ke lu ya" bangganya.
"Ya ga mungkin sih, kebetulan aja gue ga sengaja denger dari pegawai disini waktu itu, katanya mas Arlen sama mas Elthan ada makan malem keluarga" Jelasku.
"Dih terus kenapa muka lu gitu?" Ujarnya kesal.
"Ya...hm abisnya ga nyangka aja, kak El, Lo... Haha" ujarku.
Arlen menatap tajam ke arah ku setelah mendengar pernyataan ku barusan.
"Wah, Lo anak orang kaya? Toko Lo ada 2? Apa ada lagi yang lain?" Tanyaku penasaran.
"Dari ujung jalan, sampe ujung jalan sana, Lo pikir itu punya siapa?" Ungkapnya.
"Ga heran tingkahnya kayak gini" gumamku.
"Kedengeran" sautnya.
"Lu juga keliatan dari keluarga kaya" ucap Arlen lagi.
Aku hanya bisa tersenyum tipis mendengar ucapannya.
"Kalo memang iya, gue ga bakal susah kayak sekarang" gumamku pelan.
"apa lu bilang?" Tanyanya mencoba mendekatkan telinganya padaku.
"Nih sepatu punya Lo, udah ya," ucapku sembari memberikan kantong berisi sebelah sepatu miliknya.
"Tunggu" ucap Arlen sembari menahan lenganku.
Aku kembali duduk dan menatap Arlen heran.
"Apa lagi?" Tanyaku.
"Disini dulu sebentar, gua baru dateng" ucapnya dengan tatapan memohon.
Aku hanya tersenyum menanggapi permintaannya. Aku kembali duduk dengan tenang.
"Lu masih belum baikan sama mereka?" Tanya Arlen.
Aku menggeleng pelan dengan wajah murung.
"Ga cocok" ucapnya.