Dear, diary

Liepiscesha
Chapter #77

Chapter 76

Malam ini aku mengundang Yian, Arlen, Sophia, Leo serta Karla untuk makan malam bersama di rumah. Malam ini kami semua berpesta barbeku di halaman rumah, kami bersenang-senang bersama, berbincang dan menertawkan banyak hal.

“Oh, iya! Ka kayaknya kita harus foto bareng deh. Anak-anak di panti gak percaya kalo gue udah ngasih hadiah itu ke lo, gue malah di tuduh ngambil hadianya” ujarnya.

“Haha, kebetulan gue pake gelangnya” ucapku, sembari menunjukkan gelang di lenganku.

“Mereka bahkan gak pernah bikinin gue ginian” gerutunya, sebal.

“Gua gimana? Kok cuma lu yang di kasih hadiah?” keluh Arlen.

“Gua juga” sahut Yian.

“Kayaknya mereka gak begitu tertarik sama lo berdua deh” ujar Karla.

“Cih, padahal siapa yang bayarin” gerutu Arlen.

Untuk pertama kalinya aku dan Karla mengambil foto bersama, tanpa aku sadari ternyata kami sudah sedekat ini.

“Kok gitu sih! Gue juga mau di foto” sahut Sophia.

“Biar gue fotoin, kebetulan gue bawa kamera” ucap Yian.

“Kita foto bareng-bareng juga ya abis ini, buat kenang-kenangan” ujarku.

Setelah mengatakan hal tersebut, wajah mereka nampak serius. Aku segera mengalihkan pembicaraan, lalu kami semua mengambil foto kebersamaan kami malam itu.

“Memang, tante yang paling cantik di sini” puji Arlen.

“Kamu ini” timpal Ibu,

“Bener kok tante, dari semua yang ada di sini tante yang keliatan paling muda, paling bersinar” tambah Yian.

“Terus saya gak cantik gitu?” sahut tante Selena.

“Paling cantik tante, paling anggun” balas Leo.

“Leo makan daging lagi yang banyak ya” ujar tante Selena, begitu senang mendapat pujian dari Leo.

“Asik, makasih tante” seru Leo.

 

Melihat tawa semua orang yang ku sayangi adalah kebahagian terbesar bagiku saat ini. Meski beberapa kali aku telah kehilangan orang-orang paling berharga dalam hidupku, setidaknya untuk kali ini aku bahagia dan ingin tetap bersama dengan mereka semua.

Besoknya di sekolah, begitu kelas olahraga berakhir aku kembali ke kelas, aku terkejut begitu medapati banyaknya tempelan note di mejaku. Aku melangkah menuju mejaku, aku sangat tersentuh begitu melihat isi dari setiap pesan yang tertulis dalam kertas tersebut.

Kemudian semua teman sekelasku masuk ke dalam kelas sembari membawa beberapa mawar berwarna kuning cerah di tangan mereka.

Mawar berwarna kuning ini biasanya menyimbolkan kehangatan, kesenangan, dan perhatian. Mawar kuning menyampaikan pesan penyemangat ataupun dukungan pada penerimanya, bisa juga untuk menyampaikan pesan agar penerimanya tak melupakan sang pemberi.

Untuk sesaat aku menatap mereka dengan perasaan yang bercampur aduk, satu persatu memberikan mawar mereka kepadaku. Aku menerima dengan perasaan haru, kemudian Yian datang memberikan mawarnya dengan seulas senyum yang tulus.

“Jangan pergi Ka” ujar Julian.

“Iya, Ka, Jangan pindah” sahut lainnya bersamaan.

“Makasih, semuanya” balasku.

“Ka, lo gak bisa tetep sekolah di sini aja?” tanya Raka.

Aku hanya melemparkan senyuman pahit ke arahnya. Aku sudah memutuskan pilihanku, aku akan segera pergi dari tempat ini.

Lihat selengkapnya