Dear, diary

Liepiscesha
Chapter #78

Epilog

Pagi hari yang terasa asing, di tempat yang masih terasa asing bagiku. Semuanya nampak baru untukku, aku bahkan sering lupa bahwa kini semuanya telah berbeda.

Namun, aku tak boleh lupa jika ada beberapa hal yang jauh lebih baik. Seperti kondisi Ibu yang jauh membaik dari sebelumnya, kini Ibu mulai merintis usaha barunya, Ibu pandai menjahit pakaian dan kini bekerja sama dengan tante Selena dalam bidang fashion.

Tante Selena juga baru menjalin hubungan dengan seorang rekan kerjanya, aku ikut senang karena orang tersebut memperlakukan tante Selena serta kami dengan sangat baik.

Aku juga mendapatkan sambutan yang baik di sekolah baru, aku bersyukur karena semua orang yang ku kenal di sekolah ini adalah orang yang baik.

Mungkin karena sudah cukup lama aku tak bertemu dengan teman-temanku di sekolah lama, beberapa kali aku melihat seseorang yang nampak seperti mereka.

Begitu pula dengan malam ini, aku melihat sosok belakang seorang laki-laki yang nampak seperti Yian. Hal ini membuatku kembali mengingat pertemuan pertama kami di sekitar rumah, momen ini sama seperti pertama kali aku melihat Yian di dekat toserba, di hari hujan di mana dia memberikan payungnya padaku.

“Kayaknya harus nelpon mereka abis ini” ujarku, kemudian melanjutkan perjalananku menuju rumah.

Sudah hampir dua minggu aku beradaptasi dengan sekolah baruku, pagi ini wali kelas mengabarkan bahwa aka nada siswa baru yang akan bergabung dengan kelas kami.

“Semoga cowo!” harap teman sebangkuku, sembari menyatukan kedua telapak tangannya.

Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya, tak lama setelah itu siswa baru yang wali kelas sebutkan memasuki ruang kelas.

Anak-anak sekelas bersorak kagum menyambut siswa baru tersebut, aku menghela napas berat sembari menatapi ponselku. Entah mengapa hari ini aku lebih merindukan teman-temanku dari biasanya.

“Hai, saya Yian, Ardhana Yian. Salam kenal, semuanya” ucapnya.

Kupikir aku berhalusinasi kembali, sehingga mendengar ucapan itu dari siswa baru. Namun begitu aku mengangkat kepalaku dan menatap ke depan, aku begitu terkejut ketika melihat Yian benar-benar ada di sana.

“Yian?” gumamku.

“Eh, lo kenal?” tanya teman sebangkuku.

“Kenal banget” jawabku.

Lihat selengkapnya