Dear, diary

Liepiscesha
Chapter #8

Chapter 7

Kecemasan terus berlangsung selama mananti Yian datang, tak lama kemudian bel rumah berbunyi, akupun lansung bergegas membukakan pintu.

“ Yian, mama gue daritadi gada suara, pintu kamarnya juga dikunci dari dalem”. Jelasku.

“ Gua dobrak ya”. Izinnya dengan wajah yang serius.

Akupun langsung mengangguk mengiyakan ucapannya. Setelah 3 kali mencoba mendobrak pintu kamar, kamipun berhasil masuk ke dalam kamar ibuku. Betapa syok nya aku melihat ibuku yang sudah tergeletak di lantai dengan darah yang sudah melumuri tubuhnya.

Aku terkejut sampai tak bisa bergerak, tubuhku bergetar melihat darah yang keluar begitu banyak dari pergelangan tangan ibuku. Dengan sigapnya Yian segera menghampiri ibuku dan memeriksa keadaannya.

“ Mika! Mikaela!”. Teriaknya berusaha menyadarkanku.

Aku hanya menatapnya dengan keadaan yang masih syok.

“ Tolong lu ambil kain bersih, jangan yang berbulu”. Pintanya.

Akupun langsung berlari mencari benda yang disebutkannya lalu memberikannya padanya.

Ia langsung menaruh kain tersebut diatas luka yang didapat ibuku dan menekannya pelan.

“ Sekarang lu telpon ambulance, kita bawa ibu lu ke rumah sakit”. Ucapnya lagi.

Aku terus mengikuti arahannya, disisi lain aku masih begitu terkejut dan kehilangan akal, kalau saja tak ada dirinya, mungkin aku sudah melakukan kesalahan besar.

Sesaat ambulance tiba kamipun langsung membawa ibuku ke rumah sakit, sesampainya disana ibuku langsung di tangani sedangkan aku dan Yian harus menunggu di luar ruangan.

Aku tak habis pikir bagaimana bisa ibu melakukan hal tersebut, dia baru saja menyakiti dirinya, ia berusaha untuk mengakhiri hidupnya dengan cara seperti itu. Harusnya aku tahu bahwa keadaan ibu sudah buruk sebelum aku pergi ke sekolah, seandainya aku tak pergi ke sekolah hal ini mungkin tak akan terjadi.

Rasanya sangat sulit untuk menghela napas, lalu anehnya aku tak bisa menangis sedikitpun, aku begitu panik dan ketakutan melihat ibuku seperti itu.

Dokter pun datang dan meminta salah satu dari kami untuk pergi ke ruangannya.

“ Mika”. Panggil Yian pelan.

Aku menoleh kearahnya dengan tatapan sendu,iapun menepuk pundakku pelan dan memintaku untuk menemani ibuku di dalam. Yian pergi menemui dokter untuk mendengar penjelasan tentang keadaan ibuku.

Aku masuk ke dalam ruangan dan mendapati ibuku yang belum sadarkan diri, ia terbaring lemah dengan perban yang terbalut di pergelangan tangannya.

Lihat selengkapnya