Dear, diary

Liepiscesha
Chapter #11

Chapter 10

Aku, ibu dan tante Selena duduk di ruang tengah sembari mencoba untuk menenangkan diri kami masing-masing. Tak ada gunanya terus menangis seperti ini, mau bagaimanapun tante Selena berhak tahu tentang keadaan yang sebenernya. Lagipula aku juga sudah lelah menyembunyikan segala hal, ditambah lagi tante Selena bukanlah oranglain, ia juga adalah bagian dari keluarga kami.

Namun aku tak bisa banyak berkata, aku harus menahan semua yang ingin ku ungkapkan, biar ibu yang menceritakan semua ini pada tante Selena.

Aku pergi ke dapur untuk membuat secangkir teh hangat untuk keduanya.

“ Jadi selama ini kakak bohong sama aku? Bohong sama keluarga kita kalo kalian baik-baik aja?”. Tanya tante Selena.

“ Seandainya aku gak nikah sama lelaki brengsek itu, mungkin semuanya masih baik-baik aja. Aku nyesel karna percaya laki-laki itu, laki-laki itu tega bunuh anak ku, aku bener-bener benci dia!, tapi sebenernya aku yang paling salah”. Ujar ibuku dengan mata yang berkaca.

“ Dariawal aku udah gasuka sama dia, harusnya kamu dengerin kata-kata mama dan papa dulu, sial aku juga salah karena udah pergi ke Amerika dan ninggalin kalian. Harusnya waktu itu aku cegah kamu buat nikah sama dia, aku pernah denger kalau mantan istrinya pernah nuntut dia karena kasus penipuan dan kekerasan rumah tangga. Bodohnya aku ga selidikin lebih jauh, aku harusnya kasih tau kamu waktu itu, tapi kamu juga terlalu keras kepala dan kekeuh buat nikah sama laki-laki itu”. Jelas tante Selena.

“ Aku juga baru tau beberapa bulan yang lalu kalo dia udah punya istri dan anak waktu itu, sebenernya kalo bukan karena mantan istrinya yang dateng nemuin aku buat kasih tahu kebusukan laki-laki itu, mungkin aku ga akan pernah tau kalo dia sejahat itu. Bodohnya aku bertindak tanpa pikir panjang, laki-laki itu sadar kalo aku curiga dan dia langsung pergi gitu aja bawa semuanya, sertifikat rumah bahkan tabunganku”. Jelas ibuku.

“ Astaga, dia Cuma manfaatin kekayaan keluarga kita selama ini, dasar kurang ajar! Sekarang dimana dia?”.

“ Dia udah masuk penjara, dia dihukum seumur hidup”. Ucap ibu.

“ Dia harusnya di hukum mati, tapi apa aja yang udah dia lakuin sampe bisa dihukum seumur hidup?”. Tanya tanteku itu dengan nada yang tinggi.

“ Setelah berbulan-bulan kabur, Karel nyari laki-laki itu buat pertanggung jawabin semua perbuatan dia. Tapi justru dia nyekap Karel dan aniaya anakku, dia yang udah buat anakku meninggal”. Jelas ibu diikuti airmata yang perlahan mengalir dari kedua matanya.

Tante Selena kehilangan kata-kata dan sejenak menghela napas berat. Aku pergi ke kamarku dan mencoba untuk menegarkan hatiku, sekeras apapun aku mencoba untuk kuat pada akhirnya aku akan kembali menangis mengingat kejadian buruk yang menimpa adik laki-laki ku tersebut.

Seandainya saat itu aku tak membiarkan Karel pergi, seandainya aku tahu kalau dia berbohong padaku, seandainya aku tahu kalau ucapannya saat itu adalah kata-kata terakhirnya, seandainya aku lebih peka dan lebih memahami dirinya, seandainya aku lebih dewasa, mungkin kini ia masih berada di sampingku dan ibu.

Kala itu harusnya aku menahannya untuk pergi…

Sehari sebelum Karel menghilang,

Kala itu aku dan Karel pergi bersama teman-teman sekolah kami ke sebuah taman bermain, hari yang cerah dan menyenangkan.

Kami berencana untuk menaiki roller coaster bersama, namun sebelum menaiki wahana tersebut tiba-tiba Karel menarikku pelan menjauh dari teman-teman dan berbisik padaku.

“ Mika, lo liat deh laki-laki disana”. Suruhnya sembari menunjuk kearah laki-laki yang tak asing, laki-laki tersebut tengah berada bersama seorang wanita dan seorang anak laki-laki berusia kira-kira 5 tahunan.

“ Hah? Bukannya itu om Rama?!”. Tanyaku heran.

Karel mengangguk pelan sambil menunjukkan wajah seriusnya.

“ T-tapi itu, perempuan sama anak itu?...”. Gumamku.

“ Ada yang gak beres”. Ucap Karel.

Lihat selengkapnya