Semua yang sudah terjadi memang begitu menyakitkan, aku berhak untuk bersedih tapi kupikir tak seharusnya aku terus larut dalam rasa sedih dan semakin menghancurkan hidupku. Akupun memiliki kehidupan sendiri dan sebab itu aku harus kembali menjalani hidupku.
“ Gimana keadaan mama lu?”. Tanya Yian yang berjalan di sampingku.
“ Udah membaik, thanks ya waktu itu lo udah bantuin gue sama mama gue”. Ucapku.
Semalam aku mengiriminya pesan dan memberitahu dirinya bahwa mulai hari ini aku akan kembali lagi ke sekolah. Setelah itu ia mengajakku untuk pergi berangkat ke sekolah bersama, aku tak mengira kalau kami akan menjadi dekat seperti sekarang ini.
“ By the way, ulang tahun lo kapan?”. Tanyaku.
“ Mmm, kayaknya hari ini”. Jawabnya.
“ Serius gue, kapan?”.
“ Hari ini, 22 April”. Jawabnya.
“ Yaampun, pas banget, selamat ulang tahun ya”. Ucapku sembari mengulurkan tanganku.
Ia menjabat tanganku dan melemparkan senyuman manisnya, seketika detak jantungku berpacu dengan lebih cepat.
“ Astaga diem dong... kenapa deg-degan gini sini”. Batinku.
“ Makasih, gua seneng lu jadi orang pertama yang ngucapin”.
“ Masa? Orangtua lo?”. Tanyaku.
“ Gua tinggal sendirian”. Jawabnya.
“ Hm? Orangtua lo masih di Amerika?”. Tanyaku.
“ Iya”. Jawabnya singkat.
“ Wah, gue makin penasaran kenapa lo mau susah-susah pindah ke sini, sendirian lagi”. Ujarku.
“ Kan gua bilang, ada hal yang jauh lebih berharga di sini”. Jawabnya.
“ Iyaiya, terserah lo deh”. Responku diikuti tawa.
Kami tiba di sekolah dan pergi menuju kelas masing-masing, dengan perasaan senang aku berlari menemui kedua sahabatku tersebut, sudah berhari-hari aku tak bertemu keduanya.
“ Mikaa!!!”. Sambut Sophia dengan girang.
“ Hi semua”. Sapaku diikuti senyuman.
“ Kemana aja sih lo? Bolos lama banget”. Omel Sophia.
“ Kenapa sih ngelarang kita buat ke rumah kamu, padahal kan kita cuma pengen ketemu”. Ucap Irene dengan wajah cemberutnya.
“ Sorry sorry, ada urusan mendesak soalnya”. Jawabku.
“ Tante baik-baik ajakan ?”. tanya Irene.
“ Baik kok, kalian mau main kerumah?”. Ucapku.
“ Asik boleh ?kalo gitu pulang sekolah kita main ke rumah lo ya”. Sambung Sophia.
Aku mengangguk mengiyakan ucapan kedua sahabatku, aku senang karena memiliki mereka yang selalu merindukkan ku.
Jam istirahat pun tiba, aku beserta Irene dan Sophia pergi ke kantin untuk mengisi perut kami, saat kami tiba di kantin hal pertama yang mencuri perhatianku adalah sekelompok perempuan yang mengelilingi seorang laki-laki yang tampak tak asing.