Saat ini, jika ditanya tentang apa itu bahagia... Akupun tak tahu, perasaan itu membuatku bertanya, apa kah mungkin aku akan bisa bahagia lagi seperti dulu. Sebenarnya aku tak ingin berangan-angan, tapi kata itu telah menjadi tanya dalam hidupku saat ini.
Namun aku sudah berjanji untuk terus melanjutkan hidup dengan lebih baik, Karel akan tetap hidup di hatiku, ia tak pernah pergi kemanapun, ia tetap menjadi bagian dalam hidupku. Dan kurasa, iapun tak akan senang jika aku menyerah pada hidup, ia juga pasti akan menyuruhku untuk tetap kuat. Ditambah lagi aku harus hidup ,setidaknya demi ibu, aku masih 16 tahun, hidupku masih panjang.
Baiklah, mulai hari ini aku akan menjalani hidupku dengan baik, aku akan menatanya perlahan bersama ibu. Kami akan baik-baik saja, kami akan selalu menjaga satu sama lain, Karel... Aku harap kamu tahu ini, aku akan berjuang demi hidupku dan ibu.
Mulai pekan depan Tante Selena akan kembali ke Indonesia dan merintis karir fashion nya disini, harusnya kami pindah ke rumah baru, tapi ibu meminta agar kami tetap tinggal disini. Walau belum lama, tapi sudah cukup banyak kenangan kami bersama Karel disini, jadi kami memutuskan untuk tak meninggalkan tempat berharga ini.
Walau tak begitu besar seperti rumah kami dulu, tapi disini cukup nyaman dan hangat, karena tak terlalu besar, ini menjadi hal baik karena artinya kami akan lebih mudah bersama, kami bisa menghabiskan banyak waktu di ruang keluarga dan meja makan. Hal sederhana ini mampu membuat kami lebih dekat dan bahagia, dari dulu inilah yang kami butuhkan. Sayangnya, baru sekarang hal ini bisa terjadi.
Seminggu berlalu, seperti biasa aku dan Yian pergi ke sekolah bersama-sama, pagi hari menjadi begitu menyenangkan karena kenyataan bahwa ada seseorang yang selalu menungguku di depan rumah. Perjalanan menuju sekolah pun terasa mengasyikan, kami mengobrol, tertawa dan saling bertukar cerita.
“ Sayang kita gabisa sedeket ini di sekolah”. Ucapku.
“ Kenapa kita gabisa kayak gini di sekolah?”. Tanya Yian.
“ Y-ya gitu deh, pokoknya kita jangan keliatan deket di sekolah”. Ucapku terbata.
“ Alasannya?”. Tanyanya penasaran.
“ Tumben! Biasanya kalo gue ngomong apapun lo ga pernah nanya alasannya apa tuh”. Ucapku.
“ Makanya kali ini gua tanya, kenapa ?”.
“ Udahlah, ga penting juga kok, lagian juga kan kita bisa ketemu kayak gini di luar sekolah”. Kataku.
“ Yaudah”. Jawabnya.
Perjalanan menuju sekolah tak lagi terasa jauh, karena asik mengobrol kami sering tak sadar kalau sudah tiba di depan sekolah, setibanya di sekolah kami langsung berpisah dan menuju ke kelas masing-masing. Bertingkah seolah tak saling mengenal, namun saling tersenyum saat orang lain tak menyadari, rasanya begitu menyenangkan melakukan hal ini.