Disaat aku tengah memikirkan tentang masalah ini, kebetulan Irene datang dan membuat jantungku berdetak lebih cepat. Aku menjadi salah tingkah namun aku tetap menyapanya seperti biasa .
“ Pagi Rin”. Sapaku Kaku.
“ Pagi? Tumben kamu dateng duluan?”. Ucapnya sembari duduk di bangku sebelah ku.
“ I-iya haha”. Ucapku terbata.
“ Kenapa sih?? aneh gitu”. Ucapnya menyadari sikapku.
“ Gapapa”. Jawabku diikuti senyuman.
Kami pun melakukan kegiatan masing-masing, Irene yang membaca buku catatannya dan aku yang mencoret-coret kertas di halaman belakang buku tulis. Sesekali aku menatap kearahnya, ingin rasanya memberitahu dirinya bahwa aku bisa membantunya lebih dekat dengan Yian Karena aku dan Yian sudah saling mengenal, tapi mulut ini rasanya enggan untuk terbuka, aku masih terus merasa ragu.
“ Hm? Kenapa sih??”. Tanyanya yang menyadari bahwa diriku sedari tadi menatap kearahnya.
“ I-itu Rin, sebenernya aku...”. Ucapku terpotong.
Brakkk!!! Sophia memukul pintu kelas.
“ Kalian! Kok jam segini udah pada dateng sih?!”. Ujar Sophia yang tiba-tiba muncul.
“ Astaga kaget”. Batinku.
“ Iya, Mika dateng lebih Pagi dari aku”. Ucap Irene diikuti senyuman.
“Hah? Beneran? Tumben banget ka!”. Ujar Sophia yang terbiasa berisik.
“ Iya, tadi aku bangunnya ke pagian, lagian kenapa sih heboh banget aku dateng Pagi?!”. Ujarku sebal.
“ Haha, abis kan biasanya lo Sama Karel suka tel...at, yaampun maaf Ka, gue lupa”. Ucap Sophia yang keceplosan sembari mengingat tentang Karel.
“ Gapapa kok, lagian aku juga perlahan harus belajar jadi lebih baik”. Kataku sembari tersenyum pahit..
“ I-iya lo bener, Kita dukung apapun yang lo lakuin kok”. Kata Sophia, ia pun duduk di kursinya, tepat di depanku.
“ Oiya, tadi kamu mau ngomong apa?”. Tanya Irene yang masih mengingat apa yang hendak ku katakan.
“ Eh? A-apa ya, aku lupa deh, heheh”. Ucapku berbohong.
Mungkin ini bukan saat yang tepat, lagipula aku juga masih ragu untuk memberitahu nya tentang Hal ini.
Jam istirahat pertama dan kedua sudah terlewati, aku berhasil menghindar agar tak berpapasan dengan Yian, tapi yang jadi masalah, apakah aku bisa menghindarinya saat pulang sekolah nanti.
“ Lewat jalan Mana ya yang ga bakal ketemu dia?”. Batinku.
Berbeda dari hari biasanya, Kali ini aku pulang lebih cepat, aku sengaja membaur dengan sedikit mengendap diantara anak-anak lain agar Yian tak dapat melihatku,setelah cukup jauh akupun berlari menuju stasiun kereta.