Esok paginya, aku bangun lebih awal dari ibu agar bisa menyiapkan sarapan untuk kami berdua, walau aku tak begitu pandai memasak tapi setidaknya aku bisa memasak dengan cukup baik.
Aku berusaha memasak dengan tenang agar tak menghasilkan suara bising yang akan membangunkan ibuku, waktu menujukkan pukul 06.00 pagi, ketika aku selesai memasak ibupun bangun tepat setelah semua makanan sudah tertata rapih di meja makan.
“ Lho? Ini kamu semua yang masak?”. Tanya ibu penasaran.
“ Iya, hehe... Sebenernya aku juga gatau semuanya bakal enak apa engga”. Ucapku gugup sembari menunjukkan senyuman.
“ Ayo Kita makan, mama udah lama ga nyicipin masakan kamu”. Ucap Ibu yang langsung duduk di meja makan.
“ Padahal mama ga pernah ngajarin kamu masak, tapi ga sangka kamu bisa masak seenak ini”. Ucap ibu diikuti senyum.
“ Beneran mah? Syukur deh Kalo mama suka”. Ucapku lega.
“ Kayaknya mama yang harus belajar masak dari kamu”. Ucap Ibu memuji.
Selesai sarapan aku juga mencuci piring sebelum berangkat ke sekolah.
“Aduh!”. Jeritku kesakitan karena kuku jari telunjukku patah.
“ Yahh...”. Sesalku sembari memegangi jari telunjukku yang sudah bercucuran darah sebab kuku yang patah.
Tak lama kemudian ibu datang dan melihat ku yang kesakitan memegangi jari telunjuk.
“ Kenapa Mika?.... Yaampun! Kok berdarah, sini-sini cuci dulu pakai air”. Ucap ibu yang khawatir.
Setelah membersihkan bekas darah, ibu pun menarikku menuju meja makan lalu berlari mencari obat merah.