Benar saja, bagaimana aku bisa melupakan dirinya lagi, bagaimana bisa aku melakukan kesalahan secara berturut-turut.
“ Mama, aku izin keluar sebentar”. Ucapku sedikit berteriak.
" Lho, mau kemana lagi sayang, kamu kan baru pulang". ujar ibuku dari dapur.
" Sebentar". Teriakku, akupun segera berlari untuk menemui Yian, aku khawatir ia menunggu ku seperti kemarin.
“ Tapi apa iya dia nunggu aku, jangan kepedean dulu deh Mika”. Batinku.
Walau berpikir seperti itupun aku tetap ingin pergi mencainya, berjaga-jaga kalau hal seperti kemarin akan terajadi lagi.
Aku berlari menuju stasiun kereta sembari berusaha menghubungi Yian, tapi ponsel miliknya mati dan tak bisa di hubungi.
“ Aihs, Yian kamu dimana sih”. Batinku kesal.
Aku melewati minimarket tempat biasa kami belanja bersama, tapi ia tak ada disana, lalu aku berlari menuju stasiun, disana pun aku tak dapat menemukannya. Lalu aku memutuskan untuk kembali kerumah, mungkin saja Yian sudah ada di rumahnya.
Saat melewati minimarket, aku menyempatkan diri untuk menemui kakak penjaga kasir, harusnya ia ada disana untuk shift malamnya.
“ Kak, permisi”. Ucapku terbata.
“ Oh kamu, ada apa?”. Tanyanya ramah.
“ Itu, cowok yang biasa sama aku, kakak liat dia lewat atau dia mampir kesini gak?”. Tanyaku.
“ Oh dia, saya sih belum liat dia, daritadi minimarket rame, jadi saya ga merhatiin, tapi kayaknya dia belum lewat deh, biasanya kan kalo pulang dia selalu mampir buat beli susu strawberry”. Ucapnya.
Mendengar hal tersebut akupun memutuskan untuk kembali ke stasiun, entah apa yang salah dengan diriku, tapi aku merasa aku harus mencarinya.
Masih mengenakan seragam sekolah, aku berlari menuju stasiun berharap bertemu dirinya disana, tapi kenapa aku berharap dia ada disana, apa aku berharap dia menungguku.
“ Terserahlah, yang penting aku cari tau dulu”. Batinku.