Dear, diary

Liepiscesha
Chapter #3

Chapter 2

Aku tiba di taman belakang sekolah, tempat yang paling sepi di sekolah ini, ada rumor bahwa 5 tahun lalu ada seorang siswi yang ditemukan meninggal gantung diri di pohon taman belakang ini, banyak juga yang mengaku pernah beberapa kali melihat penampakan hantu perempuan di taman belakang. Tapi Karel pernah mengajakku ke tempat ini sekali untuk membolos saat ada event musik tahun lalu, sekarang aku hanya tinggal melewati tembok yang cukup tinggi di hadapanku, aku tak perlu khawatir karena ada tangga dan saat aku turun di balik tembok ini nanti akan ada batang pohon yang cukup besar yang nantinya bisa menjadi tempat pijakanku.

Cukup sulit bagiku untuk melewati tembok ini mengingat aku megenakan rok selutut, ditambah aku tak menemukan tangga yang sebelumnya tergeletak di dekat tembok.

" Waktu itu ada tangga kok disini, kemana ya?" batinku sembari mencari-cari tangga.

Aku menatap sekeliling dan mondar mandir mencari tangga, samar-samar aku mendengar suara langkah kaki. Tubuhku terpaku dan telingaku terus menangkap suara langkah kaki yang terdengar semakin mendekat. Akupun bersembunyi dibalik loker yang sudah tak terpakai, dari tempat ini aku bisa merasakan kehadiran seseorang ditambah aku bisa melihat bayangan seseorang yang tengah berdiri di depan loker.

Aku menelan ludah, khawatir ada guru ataupun penjaga sekolah yang datang, akan lebih bagus kalau ternyata itu adalah hantu, yang penting aku bisa lolos dari sini dan pergi mengambil materi presentasi.

" Hey, Mikaela" ucap seseorang dengan sedikit berbisik.

" Hm? siapa?" batinku bingung sekaligus ketakutan.

WOY!!! Kejutnya dari balik loker, aku berusaha menahan teriakku sembari menutup mulut dengan kedua tangan, hampir saja jantungku berhenti karena terkejut.

" Ngapain lo disini?" tanyanya yang kini berdiri di hadapanku.

" Lu! oh iya cowok payung itukan?!" tanyaku, benar saja dia adalah laki-laki yang kemarin malam meminjamkan payungnya padaku.

" Yian! nama gua Yian, lu ngapain ngendap-ngendap kesini?" tanyanya lagi.

Aku tak tahu harus mengatakan apa, dia hampir saja memergokiku tengah kabur dari sekolah. Tapi kemudian mataku tertuju pada seberkas kertas yang ia pegang, halaman depannya terlihat tak asing.

" Oh ini, gua nemu ini di bangku kereta, punya lu kan?" tanyanya sembari memberikan berkas materi tersebut padaku.

" Ya ampun, ini ada di kereta? astaga hampir aja gue ngancurin kelompok gue! makasih, makasih banget!" ucapku lega.

" Iya... tadi gua liat bu Shasa lagi jalan ke kelas lu" ucapnya lagi memberitahu.

" Serius? yaudah sekali lagi makasih ya" ucapku yang kemudian langsung berlari begitu saja.

Lihat selengkapnya