Dear, diary

Liepiscesha
Chapter #24

Chapter 23

Keesokan paginya, aku dan ibu pergi ke makam untuk menemui Karel, sudah cukup lama aku dan ibu tak datang menemui adikku ini bersama. Ini kali pertama lagi kami ke tempat ini setelah keadaan ibu membaik. Kalau diingat-ingat, ibu yang terus bersedih seperti saat itu sangatlah mebuatku takut dan cemas. Aku sempat berpikir ibu mungkin tak akan pulih dan aku akan terus sendirian, tapi syukurlah saat ini ibu sudah baik-baik saja dan sudah menjalani hidupnya kembali.

Kami duduk di samping makam Karel dan mengirimkan doa untuknya, selama setengah jam ibu hanya duduk diam dan berbicara dengan Karel dalam hatinya. Aku terus menunggu sampai ibu merasa baik-baik saja, ia juga pasti sangat merindukan putranya tersebut.

" Karel, mama sekarang baik-baik aja. Kamu gausah khawatir, aku pasti jaga mama, aku ga akan lagi ngerasa sebel karena mama nyuruh aku pergi ke tempat les, aku ga akan lagi susah buat makan malam, aku bakal rajin pergi ke sekolah, aku bakal baik sama semua temen-temenku, sama temen-temen kamu juga, aku bakal ngelakuin yang terbaik. Jadi, kamu jangan khawatir, kamu bisa lanjutin urusan kamu dengan baik disana". ucapku.

Mama merangkul pundakku dan bersadar, airmatanya kembali jatuh.

" Aku gabakal ninggalin mama, aku bakal selalu disamping mama, begitupun Karel, kita bakal selalu ada buat mama". Ucapku.

Ibu mengangguk pelan mengiyakan ucapanku, saat ini ia tak bisa mengeluarkan suaranya. Aku tahu seberapa sedihnya ibuku saat ini.

Satu jam berlalu dengan cepat, aku dan ibu harus kembali ke rumah dan mengerjakan semua pekerjaan rumah. Seperti biasa, ibu terlihat sangat sibuk mengerjakan semuanya. Kini aku sadar mengapa ibu selalu menyibukkan dirinya dengan pekerjaan rumah, karena aku tahu jika ibu hanya diam tanpa melakukan apapun, ia akan kembali merasa sedih dan kesepian.

Tapi apakah hal ini baik untuk kesehatan dan pikirannya, aku khawatir jika ia terus memendam semuanya justru hal tersebut malah menjadi beban serta membuatnya kembali merasa frustasi. Untuk saat ini aku hanya bisa mengawasi dan menjaganya, tapi kuharap ibu akan baik-baik saja.

" Siang ini biar aku yang masak, aku baru belajar resep baru". Ucapku dengan girang.

" Oh ya? apa itu?". Tanya ibu penasaran.

" Ayam teriyaki kesukaan mama". Ucapku.

Ibu terlihat senang mendengar hal tersebut, sehingga ia tak sabar untuk menyantap makanan kesukaanya tersebut. Aku sudah membaca resep dan akan berusaha sebaik mungkin agar masakanku kali ini berhasil dan bisa membuat ibuku senang.

" Kalau gitu, biar mama yang jadi asisten koki hari ini".

" haha oke". balasku terbahak.

Kamipun mulai memasak, sesekali bercanda dan saling menjahili. Aku bahagia karena akhirnya ibu bisa kembali tersenyum lagi hari ini. Setelah cukup lama berada di dapur, akhirnya kami duduk di meja makan dengan beberapa menu makan siang yang berhasil kami masak.

" Oke, mama coba ya". Ucap ibu sembari mengambil ayam teriyaki yang barusan ku buat.

Aku mengangguk pelan dan menunggu reaksi ibu saat menyicipi makanan tersebut.

Ibu memakan ayam tersebut dengan ekspresi yang datar, membuatku berpikir bahwa masakanku tersebut tidak memuaskan.

" Hm". Gumam ibu.

" Gaenak ya mah?". Tanyaku kecewa.

" Kamu coba aja deh". Ucapnya.

Akupun menyicip masakanku tersebut, dan terkejut. Mataku terbelak saat mengetahui bahwa rasa masakanku sangat lezat. Lalu ibu tertawa, jadi ternyata ia hanya ingin mengejutkanku lagi.

" Ih mama, kirain emang gaenak". Ujarku.

" Enak sayang enak, kamu hebat". Pujinya.

Akupun tersenyum kearahnya dan kami melanjutkan makan siang kami bersama. Selesai dengan makanan, kami berdua membersihkan semua peralatan dan dapur sebelum akhirnya pergi untuk beristirahat.

" Terimakasih ya Mika". Ucap Ibuku.

" Iya makasih juga mah" balasku dengan riang.

Kamipun memutuskan untuk pergi ke kamar masing-masing dan beristirahat. Namun kemudian Yian mengirimiku pesan dan memintaku untuk menemuinya di taman.

Aku pergi ke taman untuk segera menemuinya, bertanya-tanya ada hal apa sehingga dia memintaku untuk segera menemuinya.

" Yian?". Panggilku saat tiba di taman.

Ia tengah berdiri dan terlihat sangat gelisah, wajahnya nampak cemas. Aku semakin bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.

" Ah Mika, Mika, lu duduk sini". Ucapnya tergesa-gesa dan menarikku duduk di bangku taman.

Lihat selengkapnya