Aku, Yian dan Jessica duduk di ruang tengah, Yian hanya fokus pada kucing kesayangannya tersebut dan aku hanya menatap interaksi antar keduanya. Kalau dipikir-pikir memang sedikit menyebalkan tapi kejadian ini juga sangat lucu, Yian sangat bodoh karena menceritakan hal tersebut dengan sangat dramatis.
" Lo tuh sih ya, nyeritain kucing segitu paniknya. Gue kan jadi salah paham". Ucapku kesal.
" Sorry, Jessica udah kayak keluarga bagi gua, dia juga yang udah nemenin gua selama ini. Tapi gua bingung kalau dia ngelahirin anaknya, gua ga bakal bisa rawat semuanya sekaligus". Ucapnya.
" Ya gimana dong, mau lo kasih ke toko hewan atau semacamnya gitu?". Tanyaku.
" Pertama, gua harus cari tau dia nikah sama kucing mana". Ucapnya.
Aku yang tak mengerti mengenai dunia perkucingan dibuat bingung olehnya, tapi apa boleh buat aku hanya bisa mengikuti ucapannya.
Akhirnya kami pergi ke luar rumah, dan membiarkan Jessica pergi menemui kawan kucingnya tersebut. Aku dan Yian mengikuti secara diam-diam, setelah lama berputar-putar dan hampir kehilangan jejak Jessica akhirnya kami sampai di sebuah toko roti yang jaraknya tak begitu jauh dari tempat tinggal Yian.
" Untung gua pasang kalung lonceng di lehernya". Ucap Yian.
Kami berdua sembunyi di balik bangunan lain dan mengawasi Jessica dari kejauhan. Aku tak mengerti kenapa kami harus diam-diam dan mengikuti seekor kucing seperti ini.
" Kenapa harus ngumpet-ngumpet sih, diakan cuma kucing ga bakal sadar lah kalo diikutin". Ucapku kesal.
" Jessica itu beda". Ucapnya Serius.
Aku menggelengkan kepala, heran akan sikap laki-laki satu ini.
" Lo bener-bener cuma tinggal sen... sama Jessica?". Tanyaku yang masih penasaran.
" Iya". Jawabnya singkat.
" Rumah, lo yang ngurus juga?". Tanyaku lagi.
" Iya kael". Ucapnya.
Deg! Kael katanya? bagaimana dia bisa memanggilku dengan nama itu. Aku mematung dan apa mungkin aku salah dengar atau memang hanya kebetulan.
" Ayo kesana". Ucapnya dengan mata yang fokus mengawasi kucingnya.
"Oh? iya ayo". Balasku setengah melamun.
Akhirnya kami mengintip dari balik jendela toko, Jessica masuk dan menemui pemilik toko tersebut. Ia memberi kucing milik Yian tersebut susu putih, di susul dengan kehadiran kucing berwarna abu-abu yang sangat cantik.
" Itu? bagus kok kucingnya, wah ga sangka Jessica seleranya ok, tau aja yang keliatan bangsawan". Ucapku bangga.
Namun saat aku menengok kesamping, Yian sudah menghilang dari sisiku, tanpa aku sadari laki-laki tersebut sudah berjalan memasuki toko roti. Akupun langsung berlari menyusulnya.
" Selamat siang". Sapa pemilik toko tersebut.