Dear Editor, My Heart Is Yours

Nurul Adiyanti
Chapter #1

Kopi atau Takdir?

"Maaf, kami tidak bisa menerima kamu di perusahaan ini karena berdasarkan ijazah, kamu tidak cukup pengalaman atau skill, dan ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan posisi yang kamu lamar di perusahaan ini."

Lagi?

Batin Lyra dengan wajah murungnya. Ini adalah lamaran ke-20 setelah 19 lamaran tertolak oleh perusahaan dengan gedung tinggi itu. Bukan jumlah yang sedikit pula untuk sebuah lamaran kerja yang dikirim dalam tiga bulan terakhir. Uang bahkan sudah habis hanya untuk apply lamaran yang ternyata berakhir sama, ditolak. Di bawah terik matahari, Lyra berjalan menuju rumahnya sembari berpikir.

"Apa yang akan kukatakan pada Ayah dan Ibu kali ini? Mereka pasti memarahiku lagi." Keluhnya menghela nafas.

Malamnya, benar saja dugaan Lyra tadi, lagi-lagi orang tuanya menyalahkannya karena tidak seperti anak lain yang sangat mudah diterima bekerja sedangkan anaknya sudah 5 tahun menganggur. Itu bukanlah hal yang wajar tentunya, tapi anehnya orang tua dan kakak pertama Lyra yang sama-sama bekerja di perusahaan tidak mau untuk memasukkan Putrinya itu di perusahaan tempat mereka bekerja. Itu yang membuat Lyra muak dan kesal. Orang tua punya koneksi banyak, tapi sama sekali tidak ada yang mau menolong.

"Apa? Jadi kamu ditolak lagi? Yang kamu lamar itu termasuk perusahaan besar loh, Ra!" Bentak Sang Ayah dengan nada tingginya.

"Iya tahu, Ayah. Tapi entah kenapa mereka tidak ada yang mau menerimaku, padahal aku kan lulusan S1 Management,"

"Itu karena kamu tidak ada skill! Makannya selama menganggur, minimal ningkatin skill lah!"

"Aku udah ikut kursus dan menampilkan pula sertifikatnya, Ayah, tapi tetap saja hasilnya ditolak lagi. Aku juga capek dan gak mau seperti ini terus, aku juga mau kerja seperti kalian," dengan suara yang bergetar, mata Lyara mulai berkaca-kaca.

"Kalau gitu, kamu nikah saja, daripada gak bisa cari kerja! Ibu akan menjodohkanmu dengan anak teman lama Ibu," sahut Sang Ibu.

"Gak! Aku gak mau nikah dulu, aku pengen sukses dulu!"

"Mau sampai kapan? Kamu udah nganggur lama banget loh, 5 tahun, Ra! 5 tahun bukan waktu yang cepat!" Balas Ayahnya.

"Kalau gak becus cari kerja, minimal nurut, Lyra!" Tambah Sang Ibu.

"Aku gak nyangka, kalian hanya bisa menyalahkan tanpa mau bantu menemukan solusi."

Lyra sudah tidak bisa menahan air matanya lagi, memilih berlari menuju kamarnya sembari menangis.

"Ya Tuhan, kenapa nasibku seperti ini?"

Keesokan harinya, ketika rumah mereka kosong karena semua orang bekerja, Lyra memutuskan untuk melarikan diri.

"Baiklah, kita lihat saja, cewek pengangguran 5 tahun ini akan membuktikan pada dunia bahwa dirinya juga bisa bekerja! Aku akan buktikan, meski harus pisah rumah dengan kalian!" Ia pun segera menyeret kopernya dengan membawa uang seadanya. Tujuannya hanya satu, supaya tidak dijodohkan oleh orang tuanya. Ia hanya ingin mementingkan karir lebih dulu, bukan berumahtangga.

Kaki Lyra berhenti di sebuah cafe untuk sekadar bersantai dan menenangkan pikiran, sekaligus mencari siapa tahu ada lowongan pekerjaan. Ia mengurut keningnya sembari meminum matcha latte yang baru saja dipesannya. Namun tiba-tiba ada suara berat yang menyapa telinganya.

Lihat selengkapnya