Dear F, Thanks You.

Rara Rahmadani
Chapter #3

Dua : Mencari Tahu

“ Never try to turn your friendship to a relationship,

You lose both.”

****

Malam ini, Sarah berusaha mencari sebuah album perpisahan SMP miliknya yang berisi foto dan data diri siswa kelas sembilan. Setelah hampir membongkar seluruh isi lemari dan rak bukunya, akhirnya Sarah berhasil menemukan album itu.

Meskipun Fajri pindah sekolah pada saat 8 bulan menuju Ujian Nasional, tetapi Fajri sudah membayar biaya perpisahan dan album kenang-kenangan, sehingga foto dan data dirinya terpampang jelas didalam album itu.

Saat melihat foto Fajri yang pada itu ia masih berumur 14 tahun, rasanya Sarah ingin menertawakan dirinya sendiri. Sarah tahu, bahwa laki-laki itu memang lihai dalam menyakiti hatinya. Ada rasa sedih bercampur rindu saat otaknya kembali memutar peristiwa yang tak bisa ia lupakan sampai saat ini.

Setelah Fajri terang-terangan menjauhinya, Sarah memang merasa sedih, terlebih Vera juga ikut-ikutan mempermalukan dirinya. Penyiksaan mental kerap diberikan Vera kepada Sarah, padahal Sarah sudah tidak pernah berbincang dengan Fajri lagi.

Siang ini, suasana kelas begitu sepi. Istirahat kedua yang diberi guru untuk makan siang dan shalat zuhur kini hanya tersisa sepuluh menit lagi. Sarah merasa bosan luar biasa di dalam kelasnya yang sama sekali tidak ada seorangpun. Teman akrabnya saat ia kelas sembilan, Jessica, sudah pergi dahulu ke mushala untuk menunaikan ibadah, meninggalkan Sarah yang sedang datang bulan.

Sarah memilih untuk berjalan sebentar saja mengelilingi sekolahannya yang sedikit luas itu. Saat melewati ruang guru yang terlihat sangat sepi, mata Sarah menangkap punggung Fajri yang sedang duduk disamping ruang guru.

Dengan penuh keberanian, Sarah langsung menghampiri Fajri yang terlihat termenung. Sarah menghentikan langkah kakinya tepat dihadapan Fajri. “Jri...”

Fajri terkejut saat mendengar namanya dipanggil seseorang hingga ia refleks menegakkan tubuhnya. Saat tahu bahwa yang memanggilnya adalah Sarah, Fajri langsung memutar tubuhnya, berusaha pergi dari hadapan Sarah.

“Jri, dengarkan aku dulu,” pinta Sarah sambil mencengkram erat tangan Fajri.

“Apa?” balas Fajri dengan dingin. Bahkan, ia langsung melepaskan tangannya dari cengkraman Sarah.

“Kamu kenapa jauhin aku?” tanya Sarah.

“Kenapa kamu masih nanya? Awalnya, aku sempat belain kamu dari Vera. Aku gak mau jauhin kamu, padahal Vera minta itu. Tapi ternyata setelah aku tahu kamu suka aku, aku kecewa, Sar,” jawab Fajri.

“Jri, aku sebenarnya mau kasih tahu. Bukan karena aku suka kamu tapi aku pengen ngancurin hubungan kalian, tapi, aku mau kasih tahu kalau Vera itu gak baik buat kamu,” ucap Sarah.

“Apa? Kenapa kau ngelarang aku beginian? Biasanya juga gak pernah,”seru Fajri.

Sarah langsung menggelengkan kepalanya. Kemarin, Sarah sempat melihat Vera dengan laki-laki lain di sebuah kafe dan mereka terlihat begitu mesra seperti pasangan yang sedang kencan. “Kemarin, aku lihat Vera sama laki-laki lain di kafe Jacky, mereka kelihatan kaya orang pacaran, Jri.”

“Sar, dengar ya.” Fajri menghembuskan nafasnya kasar. “Gak mungkin Vera begitu. Aku gak suka kau tuduh Vera begituan!”

Sarah terkejut saat nada suara Fajri sudah sedikit meninggi, seperti orang yang sedang berusaha menahan amarah. Sarah menatap mata Fajri dengan tatapan yang tak percaya. Sementara, nafas Fajri sudah sedikit tersenggal-senggal akibat berusaha menahan amarah yang ada dikepalanya.

“Jri, aku gak boh...” sebelum Vera menyelesaikan ucapannya, Fajri langsung membentaknya, “Apa? Udah aku bilang, jangan tuduh Vera seperti itu, paham gak?!”

Lihat selengkapnya