“Sebenarnya rindu, tapi udah janji dengan diri sendiri. Serindu apapun, jangan pernah untuk mencarinya lagi.”
****
“Baik, segitu saja dari saya, sampai jumpa di UAS minggu depan.”
Dosen mata kuliah Dasar Epidemiologi yang bernama ibu Sriwani itu menutup laptop yang ada dihadapannya, lalu mengangkatnya dan berjalan keluar dari kelas yang hening itu. Setelah ibu Sriwani keluar, kelas itu mulai ribut seperti pasar.
“Alhamdulilah, akhirnya kelar juga, bosan banget gue,” desah Rayana sambil memasukkan alat tulis yang ada di atas mejanya kedalam tas.
“Gue duluan ya,” pamit Sarah seperti sedang terburu-buru. Bahkan, beberapa alat tulisnya pun sampai terjatuh ke lantai karena tangannya terlalu kecepatan untuk membereskan meja. Sebelum Sarah pergi, Rayana menahan tangan kiri Sarah hingga membuat Sarah menolehkan pandangannya ke wajah Rayana.
“Mau kemana lo? Sama siapa?” tanya Rayana bertubi-tubi.
Sarah melepaskan cengkraman Rayana dari tangan kirinya. “Gue ada urusan, sama teman gue, anak teknik sipil.”
“Mau ngapain? Gue boleh i...” belum sempat Rayana melanjutkan ucapannya, terdengar suara teriakan yang cukup keras dari pintu kelas. “Sarah!”
Sarah menolehkan pandangannya ke arah sumber suara yang ternyata berasal dari Tania yang sudah menunggu di depan pintu kelas. Tania bahkan melambaikan tangannya supaya Sarah bisa melihatnya. Sebelum berjalan menuju keberadaan Tania, Sarah sempat berkata kepada Rayana, “Gak boleh ikut! Gue tahu kok kalau lo mau ikut.”
“Hah? Pelit banget sih lo, Sarah!” Rayana berteriak keras hingga membuat beberapa penghuni kelas menutup kedua telinga. Sementara, Sarah hanya cekikikan kecil lalu berjalan keluar kelas tanpa memedulikan teriakan Rayana.
****
Java Supermall Semarang, salah satu kawasan perbelanjaan yang sangat terkenal di Kota Semarang, siang ini begitu ramai, terutama di McDonalds. Awalnya Sarah menolak untuk duduk santai di McDonalds karena tempat ini tidak sesuai dengan isi dompetnya yang kini hanya terisi dua lembar uang berwarna biru, tetapi Tania memaksanya hingga Sarah tidak enak untuk menolak.
Kini dihadapan Sarah dan Tania sudah ada dua Chicken Burger beserta dengan coca-cola. Sebelum memesan, Tania dan Sarah sempat berdebat kecil karena Tania hendak membayar Burger dan Coca-Cola milik Sarah. Akhirnya, untuk kedua kalinya, Sarah terpaksa harus mengalah kepada Tania.
“Besok, aku yang traktir kamu lagi ya, Tan! Gak boleh nolak,” ucap Sarah.
Tania sibuk melahap burger miliknya hingga ia hanya bisa mengancungkan jempol kirinya ke Sarah. Melihat Tania yang tak lagi membantah ucapannya, Sarah tersenyum kecil lalu melahap burger miliknya.
Setelah mereka menghabiskan kedua burger dan coca-cola, akhirnya Tania memajukan kursi yang dia duduki ke arah depan, berusaha mendekati Sarah. Tania menatap Sarah dengan tatapan penasaran, “Eh, aku boleh tanya gak, Sar?”
“Boleh, tanya apa?” balas Sarah.
“Mm...” Tania berdeham sebentar sebelum melanjutkan ucapannya. “Kalau kamu dan Fajri ketemu lagi, gimana? Kamu senang atau gimana?”