Dear F, Thanks You.

Rara Rahmadani
Chapter #7

Enam : Sebuah Permintaan

“Setahun itu sebentar. Yang lama adalah jika tak melihatmu, berapapun masanya.”

****

Setelah saling mendiamkan satu sama lain, Akhirnya Sarah mengajak Fajri untuk masuk ke dalam rumahnya. Selain menghindari sinar matahari yang bisa membakar kulit mereka, Sarah juga berpikir, Apa yang dipikirkan orang-orang saat melihat seorang Taruna Akademi Kepolisian di luar rumah? Mengapa tuan rumah itu begitu tega membiarkan tamunya diluar rumah padahal sinar matahari begitu terik.

Sarah meletakkan sebuah gelas yang berisi teh dihadapan Fajri. Setelah itu, Sarah duduk di sofa yang terletak di seberang Fajri. Sarah memainkan kedua jempol kakinya, berusaha menghilangkan rasa canggung yang mendera hatinya.

Fajri tahu bahwa suasana saat ini begitu canggung. Lagian, siapa sih yang tak merasa canggung setelah tak bertemu selama 4 tahun lamanya? Apalagi bertemu dengan perempuan yang pernah ia sakiti. Rasanya, Fajri ingin membenturkan kepalanya ke tembok yang ada dibelakangnya saat ia sadar bahwa ia menyakiti perempuan yang ada diseberangnya.

Sarah terlihat tak ingin memulai percakapan dan Fajri menyadarinya. Fajri harus menghilangkan atmosfer canggung dari ruangan ini. Fajri meletakkan topi pet yang ia pegang sedari tadi ke atas meja. “Apa kabar?”

Hah?

Sarah yang sibuk memainkan jempol kakinya, kini mengangkat kepalanya dengan pelan sambil menatap keheranan. Fajri bertanya kabarnya? Padahal mereka baru saja bertemu kemarin di Atraksi Drum Corps yang diselenggarakan oleh Akademi Kepolisian.

“Apa kabar setelah tak bertemu selama empat tahun?” Fajri mengulangi pertanyaannya lagi.

“Ya, baik,” jawab Sarah pelan. Sarah menundukkan wajahnya kembali, seperti anak perempuan yang baru saja tertangkap basah berbohong dengan orang tuanya. Sarah tak sanggup melihat wajah Fajri yang terlihat kecewa karena telah dibohongi.

“Gak usah merasa bersalah gitu, Sar. Aku tahu kok kalau kamu emang gak mau ketemu aku lagi.” Fajri terdiam sebentar. “Aku kesini cuma mau minta maaf.”

Sarah mendongakkan kepalanya lagi. “Minta maaf apa?”

“Ya, aku mau minta maaf udah nyakitin kamu dulu. Aku nyesal memilih Vera dibandingkan kamu. Gara-gara dia, aku jadi kehilangan kamu,” jelas Fajri.

Sarah menatap wajah Fajri yang memang terlihat seperti menyesal. Sarah tak ingin memperpanjang urusan itu lagi karena sudah hampir empat tahun yang lalu. Lagian, manusia memang tak luput dari kesalahan, walaupun sebenarnya rasa sakit itu masih ada.

“Yaudah, oke. Gak usah diperpanjang lagi,” balas Sarah.

Lihat selengkapnya