“Lihat tugas yang numpuk sebanyak ini, rasanya gue pengen nikah aja deh.”
-Rayana
****
“UAS untuk semester ini tidak tertulis lagi ya, saya ganti dengan laporan.”
Lima menit sebelum waktu mata kuliah Dasar Ilmu Gizi yang diampu oleh ibu Nadia berakhir, baru Ibu Nadia mengatakan hal itu. Padahal, waktu UAS sudah mulai mepet, hanya tinggal satu minggu lagi. Sontak atas pergantian UAS yang mendadak itu membuat kelas hampir ribut.
Caca yang selaku penanggung jawab mata kuliah Dasar Ilmu Gizi tentu tak bisa diam. Pesan grup kelas sudah mulai ramai karena teman-teman kelas sudah mendesak Caca untuk bernegosiasi dengan Ibu Nadia.
“Maaf bu, laporan apa ya? Soalnya waktu sudah mepet Bu, hanya tinggal seminggu lagi,” tanya Caca.
Ibu Nadia yang sedari tadi sibuk membereskan textbook dan laptop, mulai menghentikan kesibukannya saat mendengar pertanyaan dari Caca. “Gampang kok, nanti kelas ini dibagi beberapa kelompok sesuai dengan bab yang sudah saya ajarkan. Para mahasiswa visit puskesmas untuk mencari data pasien. Nanti setelah datanya sudah dapat, para mahasiswa mewawancari pasien itu.”
“Maaf bu, deadline kapan?” Caca bertanya kembali.
“Sesuai dengan jadwal yang ditentukan, saya beri waktu satu minggu,” jawab Ibu Nadia dengan cukup lantang.
Apa? Satu minggu?
Saat ini rasanya Sarah dan teman-teman satu kelas ingin menolak UAS itu. Waktu yang diberi satu minggu itu tidak cukup untuk menyelesaikan laporan, terutama saat mencari data pasien. Belum tentu juga pihak puskesmasnya rela memberi data pasien kepada mahasiswa.
“Apa tidak bisa diberi waktu tambahan bu?” Caca masih berusaha untuk bernegosiasi.
“Tidak, kalau kalian tidak mengumpulkan laporan itu ya kalian akan bertemu saya lagi di semester depan.” Ibu Nadia mengangkat laptop dan textbooknya. “Saya tutup kuliah hari ini, terimakasih.”
Setelah berpamitan, Ibu Nadia langsung keluar dari kelas. Sontak langsung saja suasana kelas menjadi sangat ribut, bahkan melebihi pasar. Beberapa mahasiswa mengutuk UAS yang baru saja diberikan oleh Ibu Nadia. Sementara yang lainnya sibuk mencari anggota kelompok.
“Sar, gimana nih? Kelompok yang mana? Masih yang sama aja?” tanya Rayana.
Sarah mengangguk pelan, seperti orang yang tidak bersemangat. Pergantian UAS yang mendadak ini membuat kepalanya menjadi sedikit pusing. Apalagi Sarah masih satu kelompok dengan teman-temannya yang menurutnya tak bisa diandalkan sama sekali.
“Kita masih pakai kelompok yang lama. Ketua kelompok tolong maju ya, kita cabut undi untuk penentuan judul laporannya. Ada 5 pembahasan ini, Anemia, Marasmus,Jantung koroner, Obesitas, dan diare,” teriak Caca yang sudah berdiri di dekat meja dosen.
“Kelompok lama kita isinya gue, lo, Ilham, Jessi dan Agung kan?” tanya Sarah kepada Rayana.
“Yoi! Semoga tangan lo hoki ya, gak dapet judul yang menyusahkan,” jawab Rayana.
Sarah langsung berdiri lalu melangkahkan kakinya ke kerumunan orang yang ada di dekat meja dosen. Sementara, Rayana dan Jessi sibuk berdoa supaya tangan Sarah tak mengambil judul laporan yang menyusahkan mereka.
****
“Sakit apa dek?” tanya seorang petugas yang berada di pintu masuk Puskesmas Padangsari.
Sarah yang berjalan lebih dahulu kemudian menghentikan langkahnya tepat di depan pintu masuk dan diikuti oleh Jessi, Rayana, Agung dan Ilham. Sarah langsung menjawab pertanyaan petugas itu, “Bukan sakit pak, mau ketemu sama kepala administrasi puskesmas ini.”
“Ada apa ya?” Petugas itu bertanya lagi.