Pelajaran yang Bela dapatkan saat mencintai Dalvin adalah jangan mengharapkan sesuatu yang indah saat jatuh cinta, tapi persiapkan hatimu untuk menghadapi seribu satu hal yang menyakitkan.
***
Sial!
Hari ini Bela bangun tepat setengah jam sebelum gerbang sekolah ditutup. Ini adalah sebuah kegilaan yang sudah ia duga sejak akan beranjak tidur. Semua ini karena ia menonton drama Korea hingga larut malam tanpa memperhatikan jam. Bela menyalahkan dramanya yang memiliki belasan episode dan membuat penasaran. Jadilah ia memaksa menghabiskannya hingga tengah malam.
“Mamaaa, kok, nggak bangunin Bela, siiih?” Cewek itu mencebikkan bibir mendapati kedua orang tuanya kini hampir selesai sarapan sementara dia baru turun dari kamar dengan seragam yang terpasang acak-acakan.
“Hei, kamu udah Mama bangunin dari dua jam yang lalu!”
Bela mendengus, cewek itu tidak membalas ucapan Mama dan buru-buru menyalami mama dan papanya.
“Bela berangkat, ya, udah telat,” ucap Bela sambil melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Usai berpamitan, tanpa babibu, Bela segera berlari menuju garasi, memasuki mobil putih kesayangannya, menyalakan mesin, dan menginjak pedal gas. Bersama Bela, si putih memelesat cepat menyisakan asap tipis.
Bela termasuk siswa yang patuh akan peraturan lalu lintas, tapi tidak untuk hari ini. Dari kejauhan, Bela dapat melihat lampu dekat perempatan jalan menyala dengan warna merah. Cewek itu meringis. Jika dia menunggu lampu hijau menyala maka akan memakan banyak waktu. Percuma, dong, dia ngebut tadi.
Tak ada pilihan lain. Bela menggigit bibir bawahnya, mengumpulkan keberanian untuk menerobos lampu merah. Sesekali melanggar tak apa, pikirnya. Dengan satu entakan kaki, mobil putih itu langsung melaju kencang menerobos aturan yang mengharuskannya berhenti. Bela hanya bisa mengucap maaf dalam hati kepada orang-orang di perempatan jalan yang menyumpahinya.
Satu belokan lagi, Bela akan segera sampai di sekolah. Waktu yang tersisa hanya dua menit dan Bela harus benar-benar memanfaatkan waktu yang sedikit itu.
Beribu syukur Bela ucapkan melihat gerbang sekolah belum ditutup. Pak Satpam sepertinya baru akan menutup gerbang. Bela segera menekan klakson bersamaan dengan menginjak pedal gas. Mobil putihnya meraung hebat membuat Pak Satpam terkejut dan refleks melompat menjauh dari gerbang.
“Yess!” Bela menyeringai, tepat setelah mobilnya sukses memasuki arena sekolah, bel masuk berbunyi. Kini ia bisa bernapas lega. Tidak perlu pusing memikirkan hukuman karena terlambat.
Baru saja hendak memarkirkan mobil di tempat biasa ia parkir setiap hari, sebuah mobil CRV menyerobot dari arah samping dan menempati parkiran yang sudah Bela incar.
“Lah, siapa yang berani ngambil tempat parkir gue?” sungutnya kesal. Ia menekan klakson berkali-kali, tetapi tak ada respons dari mobil di depannya. Tak mau berlama-lama, Bela memilih keluar dari mobil, kemudian menghampiri mobil CRV hitam tadi.
“Woi, keluar lo!” suruh Bela sambil mengetuk kaca mobil tak sabaran. Bela tak ikhlas tempat parkir strategisnya diambil. “Lama banget, sih! Keluar lo!”
Bela sedikit mundur ketika pintu mobil itu terbuka. Seorang cowok berperawakan tinggi dengan kulit putih keluar dari mobil tersebut. Bela harus mendongak saat menatap cowok itu karena tinggi mereka yang terpaut cukup jauh.
“Ini tempat parkir gue. Kok, jadi lo yang ambil?”