SC. 29, INT, KAMAR HOTEL NO. 9, PAGI HARI
(Close up wajah sedih Jose dan matanya yang merah)
Mata Jose memerah. Ia terlalu banyak menangis akhir-akhir ini. Kehilangan sahabat menurutnya adalah kehilangan terberat dalam hidup.
SFX: instrumen musik bernada sedih
Narator:
Semua sahabatku sudah pergi. Sekarang aku hanya punya Ayah dan Silvi. Malaikat Izrail pisahin aku dari mereka. Tuhan, Malaikat Izrail itu kayak apa? Waktu itu, Ayah pernah suruh aku hafalin sepuluh nama malaikat. Aku paling ingat sama Malaikat Izrail. Aku bayangin Malaikat Izrail itu punya empat wajah, empat kepala, dan empat kaki. Malaikat Izrail bisa bicara semua bahasa.
Jose mematikan lampu tidur. Lalu ia menonton video perform terakhirnya bersama Andrio.
Mungkin ini memang jalan takdirku.
Mengagumi tanpa dicintai.
Tak mengapa bagiku.
Asal kau pun bahagia dalam hidupmu.
Dalam hidupmu.
Telah lama kupendam perasaan itu.
Menunggu hatimu menyentuh cintaku.
Tak mengapa bagiku.
Mencintaimu pun adalah bahagia untukku.
Bahagia untukku.
Kuingin kau tahu.
Diriku di sini menanti dirimu.
Meski kutunggu hingga ujung waktuku.