Dear me,
Biar bagaimanapun kau tidak menyukainya. Laki-laki itu, rekan kerjamu yang bernama Adit, selalu saja mendekatimu. Kau melihatnya sok akrab, seolah-olah dia sangat dekat denganmu padahal nomor ponselmu saja dia tidak tahu. Seperti contohnya siang tadi saat jam makan siang. Adit mengajakmu untuk makan siang bersamanya di sebuah kafe di luar kantor dan kau menolak dengan alasan ingin makan di kantor saja agar lebih hemat.
“Ah, masa sih nggak mau cuma karena itu. Sekarang kan awal bulan, kita baru aja gajian. Pasti ini karena kamu nggak mau makan sama aku, ya. Selalu aja ada alasannya. Kenapa, karena aku orangnya kurang tenar ya kalau dibanding kamu yang mantan artis cilik?” Adit terkikik.
Dan kau kesal dengan kata-katanya.
“Dia seperti itu karena sebetulnya dia suka sama kamu, tahu,” Risa, rekan kerjamu yang lain, mengutarakan pendapatnya setelah ia mendengar apa yang terjadi di meja kerja tadi.
“Dia itu mau dekat sama kamu, ingin mengenal kamu lebih dekat tapi kamunya menghindar terus.”
“Suka sama aku?” Kau bertanya tak percaya.
“Kalau dia memang suka sama aku, harusnya dia itu berusaha membuat aku merasa nyaman ngobrol sama dia bukannya ngejek terus-terusan dengan bilang ‘mantan artis cilik’ setiap detik!”
“Nah itu kan karena dia nggak tahu kalau kamu kesal sama julukan itu. Makanya kamu harus lebih dekat sama dia dan bilang kalau kamu nggak suka dipanggil begitu,” Risa menyarankan.
Kau hanya mendengus kesal.
Setelah percakapan itu, kau jadi teringat dengan pacarmu saat SMA dulu. Waktu itu kau sudah pensiun dari dunia hiburan dan seluruh masyarakat sudah disajikan masalah keluargamu yang tidak berhenti muncul di televisi, internet dan surat kabar. Teman-temanmu tidak berhenti menanyakan cerita sesungguhnya langsung dari pihak pertama dan saat itulah pacar masa depanmu, yang selama ini tidak kau perhatikan meski sekelas, berhasil membelamu dan menyuruh anak-anak itu untuk tidak mengganggumu lagi.
Meskipun ia anak yang baik, hubunganmu dengannya tidak selalu berjalan mulus. Ia memiliki karakter yang supel, senang bergaul, dan menjadi pusat perhatian, sementara kau lebih pendiam, senang berada di tempat sepi dan benci saat menjadi pusat perhatian. Belum lagi dengan paparazi yang selalu berusaha mengambil foto saat kalian sedang pacaran. Ia menyukainya sementara kau sangat membenci hal itu. Hubunganmu dengannya pun kandas setelah dua tahun.
Dalam lubuk hatimu yang paling dalam, kau sebenarnya merasa bangga dengan pencapaianmu saat kecil. Kau berhasil membintangi sebuah trilogi film anak-anak yang masih dikenang hingga sekarang, kau berhasil menjadi idola anak-anak pada masanya. Saat itu, bayaranmu sangatlah tinggi. Semua produk yang kau iklankan laris manis. Tapi dibalik itu semua, kau takut pada ketenaranmu; kau ingat ketika anak-anak tetangga mengetuk-ngetuk kaca jendelamu dan mengintip ke dalam kamarmu. Dan semakin kau terkenal, semakin juga ayahmu membuat prestasi masa kecil yang seharusnya manis menjadi kenangan pahit. Belum lagi masalahmu dengan anak itu.
Di rumah sederhana ini, yang berhasil kau beli dari hasil pekerjaanmu saat kau masih kecil, ditinggali olehmu sendirian. Saat ini kau sedang duduk di kamarmu, menulis surat ini dan menyalakan televisi. Kamarmu cukup luas untuk dirimu sendiri. Tidak banyak asesoris apapun yang menempel atau menggantung, hanya ada tempat tidur, buku-buku, meja rias, meja kerja, dan televisi yang ditempatkan diatas meja kayu berukir. Ponselmu tergeletak di samping surat ini, yang baru saja kau gunakan untuk membuka instagram sebuah stasiun televisi.
Foto yang ditampilkan di salah satu postingannya adalah fotomu saat kecil bersama dengan keempat anak itu: Angga yang berperan sebagai Indra, Frans yang memerankan Rio, Cindy sebagai Dini dan Lulu yang memerankan Sarah. Kalian berlima saling mengalungkan tangan ke bahu teman yang di samping, mengeluarkan ekspresi beragam. Kau melihat dirimu, Frans dan Lulu tersenyum, sedangkan Angga membuka mulutnya seolah kaget dan Cindy yang menjulurkan lidah. Dibawah foto itu tertulis:
Menjelang libur sekolah, saatnya Detektif Angel kembali eksis di televisi. Masih ingat nggak nih sama para pemerannya? Yuk, jangan lupa saksikan para pemain Detektif Angel yang akan reuni di acara Ngobrol Bareng hari Selasa, 4 Juni pukul 18.30.