“Gimana, dok?” tanya Naura tak sabaran. “Saya benaran hamil, ‘kan?”
Debaran di dadanya tak mampu dikendalikannya dengan baik saat menunggu final hasil tes dari proses inseminasinya. Dua minggu yang lalu, setelah melakukan tes kehamilan sendiri di rumah, dokter Levi--yang menanganinya--kembali menyarankan untuk datang dua minggu kemudian, guna melakukan tes darah yang lebih sensitif dalam mendeteksi hormon kehamilan setelah pembuahan. Apakah benar-benar hamil atau tidak.
“Ya. Anda hamil. Usia kandungannya tepat empat minggu.”
***
“Selamat, Naura. Akhirnya keinginanmu tercapai juga.” Neil memberikan selamat ketika Naura datang mengunjungi ruangannya setelah menemui dokter Levi tadi.
“Makasih, Kak Neil.” Naura tersenyum semringah sambil tiada henti mengelus perutnya yang kini telah benar-benar terisi janin.
Gue tak percaya, gue benaran hamil ...
Gue hamil ....
Semuanya, gue hamil ....
“Sebentar lagi kau akan punya Baby, dan menjadi ibu yang sesungguhnya.” Suara bass Neil sedikit mengurangi euforia yang dirasakan Naura.
“Yup!” Naura mengangguk.
“Gimana perasaanmu?” tanya Neil beranjak dari duduknya, mengambil map besar di dalam almari di belakangnya. Sudut bibirnya tersungging senyuman menawan kala melihat tetangga manisnya tampak begitu bahagia.
“Lega dan bahagia, Kak,” sahut Naura.
“Syukurlah, Kakak senang mendengarnya.”
“Jujur, Kak. Sampai detik ini, Naura masih berasa mimpi.”
“Oya?”
“Iya. Gak nyangka saja Naura bisa hamil, meski tak menikah dan punya suami.” Naura memandang lekat punggung belakang Neil yang sibuk membuka-buka map di tangannya.
“Sama, Kakak juga begitu.” Neil memutar tubuhnya dan duduk kembali. “Tapi, Naura ...”
“Ya?”
Neil menghela napas pendek. Melepas kacamatanya. Dengan sebelah tangan menopang rahangnya, ditatapnya begitu lekat sosok cantik tetangganya ini. “Kakak sarankan. Andaikan dalam waktu dekat ada orang yang benar-benar serius padamu, jangan kamu tolak ya.”
Naura terdiam.
“Dengan menikah akan lebih baik lagi,” tambah Neil hati-hati.
Naura tetap diam. Dia tertunduk sambil memilin-milin jarinya. Untuk saat ini dia belum memikirkan untuk menikah dengan siapa pun. Masa lalunya yang pahit, masih kuat membekas dalam pikirannya. Jadi, tolong biarkan dia membesarkan bayi dalam perutnya ini sendirian, tanpa terikat pernikahan dan suami di sisinya.
Baik-baik ya Sayang kamu di sini. Mommy janji, akan menjagamu dengan segenap jiwa raga, meski tanpa siapa pun yang menemani kita, batinnya mengelus sayang perutnya. Rasanya Naura ingin melompati waktu ke sembilan bulan kemudian. Tak sabar menimang bayi lucu dan mungil dalam dekapannya. Mendengar detak jantung lemahnya. Mendengar tangisan bayi yang menghiasi hari-harinya. Wow. Naura rasa itu amazing. Ia jadi tak sabar ingin segera menyandang status Mommy muda.
Nanti wajahnya seperti apa ya?
Mungkinkah mirip Song Joong-ki?
Atau mirip Lee Minho?
Atau mirip ....
“Naura?”
“Eh? Ya? He he he.” Naura menggaruk kepalanya. Sedikit malu ketahuan tenggelam dengan dunianya sendiri. Tak menyadari bahwa dirinya masih berada di ruangan Neil. “Kenapa, Kak?” tanyanya.
“Jaga kandunganmu baik-baik.”