Dear, My Baby

Renny Ariesya
Chapter #27

27| Provokasi

Sambil memegang nampan minuman di tangannya, entah berapa lama Naura hanya berdiri mematung di depan pintu ruangan atasannya, tanpa sama sekali berniat untuk membuka pintu yang tertutup rapat. Berkali-kali Naura mengembuskan napas pendek. Keraguan menyelimuti hatinya. Sejujurnya, ia masih belum siap untuk bertemu dengan Jongin setelah insiden pagi tadi. Jongin melihat Raka menciumnya. Dia ingat dengan jelas bagaimana ekspresi wajah Jongin. Kecewa bercampur marah.

"Kenapa enggak masuk, Naura?" Suara lembut dengan logat Koreanya mengejutkan Naura dari belakang, menepuk lembut pundaknya. Naura menoleh. Kania berdiri sembari mendekap dokumennya, senyuman manis menghiasi wajah cantiknya. Pandangan gadis dengan tinggi 172 cm ini tampak heran menatapnya.

"Um, itu ..." Naura berkata gugup. Kebingungan melandanya. Seolah baru saja terkena hipnotis. Bingung mau melakukan apa.

"Apa di dalam ada tamu?" tanya Kania. Menyelipkan poninya ke samping. Naura menggeleng. "Terus? Kenapa berdiri saja di sini?"

"Itu ... ah, iya aku bingung, apa pagi tadi aku sudah minum susu hamil apa belum." Naura tersenyum kaku. Tentu saja itu bohong. Soal minum susu adalah kewajibannya di pagi dan malam hari. Mana mungkin lupa.

"Oh." Respon pendek Kania sambil mengangkat bahu. Sepertinya tidak terlalu peduli dengan urusan Naura. "Sekarang mau masuk?" lanjutnya dengan menatap Naura hanya menimang nampan di tangannya. Naura mengangguk kecil. Kania membuka pintu dan mempersilahkan Naura duluan masuk.

Naura nyaris menjatuhkan nampan di tangannya bila saja tidak menyadari ada Kania di sampingnya. Dalam diam ia bersyukur dengan kehadiran rekan kerjanya. Kalau tidak, mungkin dia sudah berbalik kembali keluar dari ruangan ketika mata elang Jongin hanya tertuju menatapnya.

Naura sengaja memperlambat laju langkahnya. Membiarkan Kania berjalan cepat menuju meja Jongin. Suara ketukan sepatu heels Kania terdengar begitu lantang di ruangan, memecahkan kecanggungan yang tiba-tiba saja atmosfirnya jadi berubah ketika Naura ada di ruangan kepala divisi umum ini.

"Ini berkas yang Bapak minta kemarin." Kania meletakkan dokumen dengan tebal lima centimeter. Sedari tadi didekapnya ke atas meja Jongin.

"Terima kasih." Jongin mengalihkan fokusnya ke atas dokumen yang disodorkan Kania dari memandang Naura yang berjalan bak siput. Seolah menghitung ratusan anak-anak domba di dalam kepalanya.

"Satu lagi, Pak. Tadi sekretaris CEO Harry telepon," imbuh Kania bersamaan Naura telah berdiri di sampingnya. Meletakkan nampan berisi kopi hitam favorit Jongin.

"Jessie?" tanya Jongin dengan mata elangnya memperhatikan Naura menyodorkan minuman. Begitu hati-hati dan takut tumpah. "Terima kasih," lanjutnya tersenyum. Naura hanya mengangguk canggung.

"Iya. Miss Jessie. Katanya, CEO Harry meminta Bapak untuk menggantikannya meeting dengan klien dari Jepang di kafe kawasan Jeju selatan." Kania berkata sembari mencoret-coret sesuatu di kertasnya. Gadis ini tampak fokus dengan tulisannya. Tak terlalu peka akan keadaan sekitarnya. Sedikit menguntungkan bagi dua orang di ruangan ini. Naura dan Jongin, tampak rikuh satu sama lainnya. Terutama Naura, ingin rasanya pergi secepatnya dari hadapan Jongin.

"Kapan?" tanya Jongin.

"Siang ini, sekalian makan siang."

"Kalau begitu saya butuh asissten menemui klien."

"Ya. Tentu saja." Kania menjawab cepat.

"Kamu bisa?"

"Maksud Bapak, saya?" tanya Kania memastikan. Soalnya sedari tadi dia mencuri pandang dari balik coretan kertasnya, pandangan atasannya ini hanya tertuju pada Naura di sampingnya. Naura segera berbalik, buru-buru membawa nampannya kembali.

"Iya, kamu. Bisa, kan?" Jongin menyeruput sedikit kopi panasnya. Iris hitam pekatnya melirik punggung Naura berjalan menuju pintu.

"Eung ... maafkan saya, Pak. Saya benar-benar minta maaf."

Lihat selengkapnya