"Kak Ter---"
"Mau apa kau kemari, dasar pelakor tak tahu diri!" Sekuat tenaga Theresia melempar bantal ke arah Naura, kala datang bersama Raka - sesuai janjinya tadi siang. Refleks Raka menarik tubuh berisi Naura ke dalam dekapannya. Secepat kilat memutar tubuh Naura, menjadikan tubuh besarnya sebagai tameng. Bantal yang dilemparkan oleh Theresia pun mengenai punggungnya.
"Kau tak apa-apa, Baby." Raka mengelus wajah memerah Naura. Terlihat jelas di wajahnya yang tampan segurat kecemasan. Ia tahu Naura berusaha menahan tangis. Hati Naura sakit mendengar makian Theresia. Sebegitu bencinya Theresia terhadapnya, hingga mampu melontarkan kata-kata kejam seperti itu. Jujur. Baru kali ini ia mendengar makian kasar seperti itu terhadapnya.
"Aku baik-baik saja, Dear," jawab Naura nyaris berbisik. Bibirnya bergetar. Tak mampu untuk berucap. Sungguh bila berada di sini setengah jam lagi, mungkin air matanya akan jatuh berderai.
"Kau sama saja seperti Mama. Dasar pelakor!" pekik Theresia semakin menjadi. Kesal dan marah menyelimuti hatinya manakala irisnya melihat adegan di depannya. Raka rela menjadikan badannya sebagai pelindung Naura. Sungguh ia ingin mencincang tubuh adiknya sekarang juga.
"Theresia! Jaga ucapanmu!" bentak Raka. Pandangannya begitu tajam. Andaikan saja Naura tidak mencegah tindakannya. Sudah tentu ditamparnya mulut keterlaluan Theresia.
Theresia mendengkus. "Pergi kau dari sini! Aku tak sudi melihat wajahmu, Naura!"
"Hiks, Kak---"
"Kubilang pergiii!" Sontak Theresia mengambil nampan berisi buah-buahan di atas nakas dan melemparkannya ke arah Naura. Nampan stainless itu mengenai punggung Raka untuk kedua kalinya. Kala nampan stainless itu jatuh ke lantai menimbulkan bunyi nyaring dan berisik di udara. Sama seperti keadaan hati Naura saat ini. Hatinya seakan ikut bergetar seirama. Raka menggeram. Tak menghiraukan denyutan di punggungnya, cepat kembali membalik tubuhnya. Berjalan cepat ke arah Theresia. Lagi-lagi Naura menghentikan gerakannya. Menahan lengannya.
"Jangan, Dear."
"Tapi, Baby. Dia sudah keterlaluan." Raka menarik lengan kausnya batas siku. Untuk kali ini. Jangan ingatkan ia tentang gender pada gadis itu. Biarkan ia memberikan pelajaran untuk perempuan bermulut kasar itu.
Naura menggeleng. "Jangan sakiti Kak Tere. Kumohon."
“Ya, Tuhan.” Raka mengembuskan napas panjang. Ditatapnya begitu nyalang pada gadis yang tak kalah nyalangnya menatap Naura.
"Kak---"
"Pergi! Kubilang pergiii!"
"Kita pergi dari sini, Baby!" Raka memutar tubuh Naura. Emosi tergambar jelas di wajahnya. Ia sudah tak tahan lagi. Tak ada pilihan. Dari pada bertindak kasar di ruangan ini lebih baik membawa pergi Nauraa. Meninggalkan pekikan dan amukan Theresia terhadap mereka berdua.
***
"Ssst! Sudah jangan menangis lagi." Untuk kesekian kalinya Raka menenangkan Naura. Menangis tersedu-sedu dalam pelukannya. Sekarang ini mereka berada di dalam Range Rovernya, di parkiran rumah sakit.
"Mungkin benar yang dikatakan Kak Tere." Naura berkata serak dalam rengkuhan Raka.
"Ya?"
"Aku ..." Naura berusaha meredam isakan dalan ucapannya. "Aku pelakor di antara kalian."
"Jangan katakan itu. Tak ada pelakor di antara kita. Kau tidak bersalah. Akulah yang bersalah di sini. Membiarkan Theresia menjadi orang ketiga di antara kita. Aku terlalu lama mengulur waktu. Terlalu lama memutuskan hubunganku dengan Theresia, padahal aku sama sekali tidak mencintainya," sesal Raka sepenuh hati. Naura semakin menangis mendengarnya.
"Ssst! Sudahlah jangan menangis lagi," bujuk Raka seraya menepuk-nepuk punggung Naura.
"Tapi---"
"Cukup. Aku tak mau mendengarnya lagi, Na. Jangan bebani pikiranmu dengan hal lainnya. Kau fokus saja dengan kelahiran bayi kita dan rencana pernikahan kita, oke." potong Raka. Dilepaskan pelukannya. Menangkup wajah Naura dengan kedua tangannya.
"Soal Theresia. Aku yakin dia akan mengerti. Masih banyak pria lain yang baik untuknya. Tak ada beban untuknya saat pertunangan kami putus. Seiring berjalannya waktu, luka hatinya akan sembuh. Sementara kau ..." Raka menarik napas dalam. Mata elangnya beralih pada perut buncit Naura.
"... bila aku meninggalkanmu sekarang, akan menjadi beban untukku. Kau mengandung anakku. Itu artinya, kau butuh tanggung jawabku. Kau paham, Baby?" imbuh Raka dengan nada suara begitu lembut, namun tidak mengurangi kadar ketegasannya dalam berbicara.