Dear, My Baby

Renny Ariesya
Chapter #44

44| Campur Tangan Pihak Ketiga

[San Diego, California]

Pintu bercat koral itu terbuka lebar. Muncul seorang wanita paruh baya bertubuh tambun, dengan perawakan khas bangsa Amerika latin serta berpakaian khas maid, mendorong troli makanan, berjalan pelan ke sudut kamar.

“Selamat malam, Nyonya,” sapanya begitu hangat dengan berbahasa Inggris fasih. Senyum khas ramah wanita latin itu menghiasi belah bibirnya sembari memindahkan makanan di troli ke atas meja sofa. Wanita itu menatap sosok yang hanya diam saja--bagai patung--di atas tempat tidur, pandangannya begitu kosong menatap keluar jendela. Badannya begitu kurus dan pucat. Banyak lebam di tubuhnya.

Semenjak tuan mudanya membawanya dua bulan yang lalu, belum pernah ia melihat sosok manis ini tersenyum. Justeru sebaliknya, terus berontak meski tak mengeluarkan suara. Menghancurkan semua benda di kamar ini serta berkelahi dengan tuannya. Hingga akhirnya, karena kewalahan menghadapi sikapnya, tuannya memilih mengikat tangannya di tiang tempat tidur. Barulah semunggu kemudian--setelah dirasa agak tenang--tuannya melepaskan ikatan tangannya.

 “Nyonya, waktunya makan malam,” ujarnya hati-hati. Menghela napas. Begitu prihatin terhadap sosok manis ini.

 “Nyonya, makanlah walau hanya sedikit saja. Sedikiiit saja,” bujuknya. Sudah semingguan ini sosok manis ini belum makan apa-apa. Setidaknya perutnya terisi dengan makanan, bukan hanya angin saja. Kalau tidak ada infus sebagai pengganti nutrisi makanannya, sudah berkali-kali ia pingsan.

“Aku tidak lapar,” sanggah Naura.

“Tap---”

“Pergilah!”

“Nyo---”

“Katakan saja pada tuanmu, aku tidak sudi makan. Aku hanya ingin pulang. Kau mengerti?!”

Ya. Naura hanya ingin pulang kepelukan Raka, bukan di tempat asing seperti ini. Kenapa pria itu tega menculiknya. Yang lebih menyakitkan lagi, mengirimkan pesan mengecewakan pada Raka. Seolah-olah pesan itu dirinyalah yang mengirimkannya. Ya, Tuhan! Raka mungkin percaya akan pesan yang dikirimnya. Jujur. Meski dirinya meminta memundurkan jadwal pernikahan mereka, itu disebabkan hatinya belum seratus persen siap. Hatinya masih terguncang. Jiwanya tidak stabil usai melahirkan, ditambah lagi dengan masa lalunya yang tidak bersahabat, serta rasa bersalah terhadap bayinya. Ia butuh menata hatinya kembali.

Tetapi, jauh dari itu. Dirinya tidak pernah terbersit untuk meninggalkan Raka seorang diri. Ia mencintai Raka. Raka adalah segalanya. Raka adalah jiwanya. Sama penting dengan bayinya.

***

“Tuan Muda, Nyonya Naura kembali tidak mau makan.”

Pria muda dengan postur tubuh tinggi tegap. Menghadap ke jendela, pandangannya begitu tajam menatap langit malam kota San Diego, kota kelahirannya. Sebelah tangannya dimasukkan ke dalam saku celana chinonya, sedang tangan lainnya memegang vaping. Ia terdiam sejenak mendengar pemberitahuan dari kepala pelayannya - Ny. Deborah. Kembali mengisap vaping dengan aroma buah melon. Asap putih pekat berbau khas keluar dari celah mulutnya ketika mengembuskannya.

“Mungkin Ny. Deborah terlalu lembek memaksanya,” ujarnya dingin. Membalikkan badan. Meletakkan vaping ke atas meja dan meneguk minuman favoritnya. Kopi hitam. Mengernyit samar kala rasa kopi hitam itu sedikit berbeda dari kopi hitam yang biasa diminumnya. Akan jadi berbeda bila yang membuatnya bukanlah Naura--sosok manis mengisi penuh hatinya. Yang menjadi obsesinya sekarang ini.

Lihat selengkapnya