Ketika membuka pintu, sontak Theresia terkejut dengan wajah pucat pasi kala melihat di ruangan bukan hanya ada kedua orang tua Raka serta Mr. Brown, melainkan juga ...
Polisi? Theresia meneguk ludah. Pantas saja di halaman rumah tadi ada mobil polisi. Lima belas menit yang lalu Cathie meneleponnya untuk bertemu di rumahnya. Ia pikir, kedua orang tua Raka akan membahas masalah pernikahannya - yang akan diselenggarakan besok hari. Tetapi sepertinya bukan masalah pernikahannya yang akan dibahas. Apakah gerangannya? Setelah dipikir kembali, apakah ada hubungannya dengan kejadian tiga hari yang lalu di butik?
Sekembalinya dari butik, Raka meninggalkannya begitu saja. Menyuruh supir mengantarnya pulang. Sampai hari ini dia tak bertemu dengan batang hidung Raka lagi. Di telepon atau di SMS, Raka tidak pernah membalasnya. Didatangi di rumahnya atau pun di kantornya, Raka tidak pernah muncul. Seolah mereka tidak pernah ada hubungan sebelumnya. Ke manakah Raka? Bukankah besok mereka akan menikah?
Theresia menyibak rambutnya. Mengabaikan debaran di dada yang meningkat kian tajam. Berusaha memaksakan tersenyum meski rasanya sulit di tengah rasa kalut menghinggapinya. Menatap dengan gugup empat orang polisi, berdiri tak jauh darinya.
“Apa yang terjad---kyaaa, apa yang kalian lakukan!” Theresia memekik ketika dua orang polisi memegang bahunya dan memborgolnya. “Apa-apaan ini, lepaskan aku! Kalian tidak bisa menangkapku begitu saja, lepaskan!”
“Maaf, nona Theresia. Ini sudah sesuai prosedur yang kami jalani.” Salah satu dari empat polisi itu memperlihatkan surat perintah penahanan tepat di depan matanya.
“Tidaaak. Ini pasti fitnah. Aku tidak bekerja sama menculik Naura. Mana Raka, aku ingin bicara dengannya--lepaskan aku. Tidaaak, besok kami akan menikah. Papaaa, tolong Tere.”
Mr. Brown menatap nanar putrinya, ditarik paksa oleh dua orang polisi keluar dari rumah. Suara sirine polisi mengaum di luaran, membawa Theresia menjauh dari rumah ini diiringi dengan tangisannya.
“Bi-bisakah penahanannya ditangguhkan, Pak?” Mohon Mr. Brown pada kepala polisi yang bersiap-siap akan pergi.
“Tidak ada penangguhan,” sela Cathie dingin sembari bersidekap. “Silahkan pergi, pak. Terima kasih atas waktunya,” sambung Cathie pada pria seumuran putranya dengan berseragam lengkap polisi.
“Ya. Selamat malam, Nyonya, Tuan.”
“Putrimu pantas di penjara,” lanjut Cathie setelah polisi tidak ada lagi di rumahnya.
“Tapi, Cathie. Besok dia akan menikah dengan Raka. Apakah kalian tidak malu untuk kedua kalinya?”
“Malu? Kami sudah kebal. Apalah artinya malu untuk kedua kalinya,” sindir Andrew tajam.
“Putrimu sudah sangat keterlaluan. Dia pantas menerimanya,” imbuh Cathie.
Mr. Brown terdiam. Mengembuskan napas. Sungguh tak menyangka akan terjadi seperti ini. Cathie dan Andrew memintanya datang dan menjelaskan semuanya. Menurut informasi yang didapat dari orang kepercayaan Raka. Naura tidaklah pergi, melainkan diculik oleh seorang pria berkebangsaan Korea, dan yang membuatnya sungguh terkejut. Theresialah yang merencanakannya ....
Ya, Tuhan! Ia telah terpedaya akan ucapan dan tingkah manis putri tirinya selama ini. Jadi, selama ini dia telah membesarkan anak iblis.
Begitu pun dengan Cathie dan Andrew. Keduanya sungguh terkejut setelah mendengarkan penjelasan dari Raka. Kenapa keluarganya tidak sampai berpikiran kesitu, bila kenyataannya Theresia dan Jongin ada hubungan, saling bekerja sama untuk memisahkan putra mereka dan Naura. Berkali-kali Cathie mengelus dada. Menyadari kesalahannya selama ini. Setelah dipikir-pikir lagi, mereka sungguh bodoh. Percaya begitu saja dengan pesan palsu yang dikirim oleh Naura, dan tidak menyelidiki lebih lanjut kebenarannya.
Cathie jadi teringat kembali akan ucapan putranya dua hari yang lalu, ketika Raka hendak pergi ke luar negeri. Pandangannya menerawang ke atas seiring harapannya tumbuh membumbung tinggi di angkasa.
“Mom, setelah Raka menyelidiki ulang. Memang ada yang aneh selama ini. Terlebih dengan ucapan Theresia siang tadi di butik.”
“Oh, ya?” Cathie mengernyitkan dahi. “Sekarang apa tindakanmu?”
“Raka akan mencari bukti dan ...” Raka mengelus dagunya. Memandang lekat sepatunya.
“Dan?”
“Nanti Raka mengirimkan buktinya ke Mommy atau Daddy. Ikuti saja instruksi Raka selanjutnya.”
“Memangnya kamu mau ke mana, Sayang?” tanya Cathie penasaran.
Raka mengepalkan tangan. Giginya gemerutuk tajam. “Merebut kembali Naura dan Baby Yukhei dari tangan Jongin.”